BAB IX
PERHITUNGAN KERUSAKAN
TANAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pengamatan adalah
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data atauketerangan dengan
jalan mengamati, malakukan perhitungan atau pengukuran terhadap obyek yang
diteliti. Pengamatn hama tanaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data tentang :
a.
Adanya hama tanaman
b.
Jenis hama ynag bersangkutan
c.
Tingkat kerusakan yang di akibatkannya, yang
dinyatakan dalam intensitas serangan hama.
d.
Luas
daerah serangan
e.
Kapadatan populasi hama.
Pengamatan yang lebih
penting adalah untuk mendeteksi dan memantau perkembangan populasi organisme
pengganggu tanaman dan kerusakan yang diakibatkan pada tanaman serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kepadatan populasi
hama adalah rerata jumlah individu OPT dalam stadium tertentu pada petak contoh
sesuai dengan metode pengamatan yang ditetapkan. Stadia OPT untuk menentukan
kapadatan populasi antara lain berupa imago, pupa, nimpa, larva, telur, spora,
tubuh buah, dan lain-lain sesuai dengan jenis OPT yang bersangkutan.
Intensitas serangan
adalah derajat serangan OPT atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan
oloeh OPT.
Adapun bentuk
penafsiran kepadatan populasi dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.
Penafsiran populasi mutlak adalah
mengamati langsung pada suatu habitat hama (tanah, tanaman, atau bagian tanaman
dsb) yang dinyatakan dalam satauan (unit) luas tanah atau habitat dari hama
misalnya banyaknya wereng coklat tiap rumpun padi atau banyaknya individu walang
sangit dalam pertanaman seluas 1 m x 1 m.
b.
Penafsiran populasi relatif adalah untuk
mengetahui perubahan dari waktu ke waktu atau perbedaan dari suatu tempat
dengan tenpat lain. Metode dengan menggunakan jaringan serangga atau
m,enggunakan perangkap lampu, perangkap feromon atau jenis perangkap yang lain.
c.
Indeks populasi dilakukan terhadap hama yang
bersembunyi pada sarangnya atau berada pada tempat yang susah dijangkau. Dengan
mengamati jumlah serangan atau jumlah kotoran dapat dilakukan penafsiran terhadap
populasi.
Penilaian terhadap
tingkat serangan hama baik berdasarkan tingkat kepadatan populasi hama maupun
tingkat intensitas kerusakannya. Besarnya kerusaklan tanaman oleh hama
merupakan fungsi dari kepasdatan populasi, ciri prilaku makan, srta ciri
biologi tanamannya sendiri. Masing-masing faktor tersebut di pengaruhi oleh
kondisi lingkungan fisik maupun biotik.
Bentuk maupun eratnya
hibungan antara kapadatan populasi dengan kerusakan tanaman tidak mudah
ditentukan. Namun dengan tanpa mengetahui bentuk eratnya hubungan antara
kapadatan populasi dengan tingkat kerusakan, penilaian terhadap kerusakan
sangat di perlukan dalam kegiatan PHT. Biasanya pertanaman berdasarkan
penilaian tersebut dikategorikan menjadi :
a.
Pertanaman sehat : Pertanaman mengalami
serangan hama mulai tidak ada sama sekali sampai batas ambang ekonomi.
b.
Ringan : apabila pertanaman mengalami serangan
hama mulai batas ambang ekonomi sampai dibawah kerusakan 25 %
c.
Sedang : apabila pertanaman mengalami serangan
hama mulai batas kerusakan 25 % sampai dibawah 50 %
d.
Berat : apabila pertanaman mengalami serangan
hama mulai batas kerusakan 50 % sampai di bawah 85 %
e.
Puso : apabila pertanaman mengalami serangan
hama mulai batas kerusakan sama dengan atau lebih dari 85 %.
Data mengenai tingkat kerusakan dapat dipergunakan untuk
berbagai tujuan antara lain adalah :
1.
Untuk menentukan status ekonomi suatu spesies
hama
2.
Mengembangkan penentuan nilai ambang ekonomi
3.
Menilai efektivitas usaha pengendalaian yang
telah dilakukan.
4.
Menilai tingkat ketahanan tanaman.
Penilaian kerusakan tanaman umumnya dinyatakan
dalam bentuk intensitas kerusakan dalam persen. Pada serangan mutlak angka
persen intensitas kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I : (a/b) x 100 %
I : Intensitas kerusakan (%)
a :
Banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama dari sampel
yang diamati
b : Banyaknya tanaman atau bagian
tanaman sample yang diamati.
Namun tidak semua
bentuk kerusakan dapat diperhitungkan dengan rumus tersebut, seringkali bentuk
kerusakan yang tidak langsung (serangan tidak mutlak) atau mengalami kerusakan
bertahap maka penilaian intensitas kerusakan dilakukan dengan pemberian skor
yang menunjukan tahap kerusakan.
Nilai
skor kerusakan bertahap misalnya :
0 = tidak ada kerusakan
1 = tingkat kerusakan 1 – 20 %
2 = tingkat kerusakan 21 – 40 %
3 = tingkat kerusakan 41 – 69 %
4 = tingkat kerusakan 61 – 80 %
5 = tingkat kerusakan lebih 80 %
Selanjutnya untuk menghitung intensitas
kerusakan dengan rumus :
I = ∑ (ni x vi)x 100 %
Z x
N
I = intensitas serangan
Ni = banyaknya tanaman, bagian tanaman yang terserang pada skor
ke 1
Vi = nilai skor ke I
N = banyaknya tanaman bagian tanaman sampel yang diamati.
Z = skor tertinggi
Contoh
Ordo serangga yang berperan sebagai hama :
1.
Ordo Orthoptera (bangsa belalang) = valanga nigricornis, sexava nubile
2.
Ordo Hemiptera (bangsa kepik) = Leptokoriza lugens, aphis craccivora
3.
Ordo Homoptera ( bangsa wereng) = Nilaparvata lugens
4.
Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) = Phaidonia inclusa
5.
Ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu) = tryporiza innotata
6.
Ordo Diptera (bangsa lalat0 = Liriomiza hauidobrensis
7.
Ordo Thysanoptera (bangsa trips) = trips tabaci
1.
Berdasarkan cara menyerang tanaman serangga
mempunyai cara berbeda-beda antara jenis satu dengan yang lain tergantung tipe
alat mulutnya. Tipe alat mulut ada 3 yaitu :menggigit dan mengunyah
(mandibulate)
2.
Menghisap/ menjilat (labellate)
3.
Menusuk dan menghisap (haustelate)
Berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakannya hama
dikelompokkan :
1.
Hama pemakan : tipe mulut mandibulate, bagian
dimakan daun, batang akar.
2.
Hama penyebab puru (bengkak) : hama merusak
dalam jaringan tanaman melalui jaringan muda. Puru terbentuk karena adanya
skresi dari hama tersebut.
3.
Penggerek : merusak dengan jalan mengebor
bagian tanman dan hidup dalam bagian yang digerek.
4.
Hama penusuk penghisap : biasanya tipe
mulutnya penusuk penghisap, hama manusuk lapisan epidermis dan menghisap cairan
tanaman, sehingga bekas tusukan timbul bercak-berca. Golongan ini juga
berfungsi sebagai fektor penyakit.
5.
Hama pengorok : memakan daging daun dengan
meninggalkan epidermisnya saja sehingga daun akan tampak transparan.
6.
Hama penggulung : merusak dengan jalan
menggulung bagian daun kemudian memakan dari dalam gulungan
B.
Tujuan Praktikum
1.
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami cara
penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang cara
penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
3.
Mahasiswa dapat melakukan kegiatan
penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerusakan tanaman dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis.
Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok
serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang
ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen
pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan
mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi,
biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi,
atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi
dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama
pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih.
Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan
vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk
berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan
perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan,
1995).
Penentuan daerah sebaran suatu OPT
dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya berdasarkan data hasil pengamatan
di tingkat kecamatan berupa data luas terkena serangan (LTS) yang menyatakan
seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga puso dan luasan tanaman puso
dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangaan
pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya
digunakan data lima sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya
dilakukan pada tiap kecamatan, karena data diperoleh dari petugas pengamat hama
(PHP) di setiap kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).
Peramalan hama bertujuan untuk
memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan,
penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut
sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau
penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan
demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan
OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan
dan aman terhadap lingkungan. Analisis daerah serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah
serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan,
ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan
menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga
musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
a.
Penggaris atau meteran
b.
Hand Counter
c.
Kalkulator
B. Bahan
a.
Tanaman tomat dan kentang Hasil praktikum pada
materi sebelumnya
C. Cara
kerja
1.
Menyiapkan tanaman
tomat dan kentang hasil praktikum sebelumnya,dan letakan pada tempat yang sudah
ditentukan dalam screening house
2.
Mengamati perkembangan
gejala penyakit untuk setiap pengamatan
3.
Melakukan pengambilan
gambar,dan mencatat keterangan secara jelas pada lembar kerja untuk setiap
pengataman
4.
Menghitung tingkat
kerusakan sesuai dengan tipe kerusakan yang ditimbulkan pathogen
5.
Membuat laporan
kegiatan pada lembar kertas kerja,kemudian menyerahkan kepada pembimbing
praktikum umtuk divalidasi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut :
Skala
|
Presentase
(%)
|
0
|
0
%
|
1
|
1 – 20 %
|
2
|
21 – 40 %
|
3
|
41 – 69 %
|
4
|
61 – 80 %
|
5
|
Lebih 80 %
|
Hasil
perhitungan :
I
= ∑. k. nk x 100 %
ZN
Z = Skala
tertinggi ( 5 )
N = Skala yang
diamati Tomat (2) Kentang (2)
Tanaman
Tomat = (0 x 0) + (1 x 0) +(2 x 3) +(3 x 0) + (4 x 0) +(5 x 0) x 100 %
5 x 2
= 6 x 100 % / 10 = 60 %
Tanaman Kentang
:
= (0 x
0) + (1 x 2) +(2 x 0) +(3 x 0) + (4 x 0) +(5 x 0) x 100 %
5 x 2
= 2 x 100 % / 10 = 20 %
B. Pembahasan
Kerusakan mutlak dan intensitas serangan pada
tanaman asystacia gangentica gejala kerusakan mutlak yaitu gejala rusaknya
secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman, batang , dan daun. Sedangkan
kerusakan relative adalah gejala rusaknya tanaman atau bagian tanaman misalnya
bagian daun seperti akibat serangan cendawan yang menyerang sehingga bagian
daun tersebut mengalami kerusakan bervariasi. Untuk menentukan variasi atau
kerusakan mutlak tanaman digunakan rumus I = a/ a + b x 100%
A adalah bagian tanaman yang sakit dan B
adalah bagian tanaman yang sehat.
Fungsi perhitungan intensitas kerusakan adalah
untuk menilai atau menghitung serangan hama. Serangan hama yang menyebabkan
kerusakan mutlak. Pada kerusakan tidak mutlak atau relative digunakan untuk
melihat inyensitas serangan hama yang menimbulkan kerusakan tidak mutlak baik
secara kuantitatif dinyatakan dalam persentase bagian tanaman atau kelompok
tanaman yang rusak atau terserang, sedangkan kualitatif dinyatakan dalam
kategori serangan ringan, serangan sedang, dan serangan berat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan. Pada Tanaman
Tomat kerusakan yang dialami adalah kerusakan mutlak karena
persentasi diatas 50% yaitu sebesar 60 % dan
pada Tanaman Kentang kerusakan yang dialami adalah kerusakan relative karena
persentasi yang didapat dibawah 50% yaitu sebesar 20% .
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum penghitungan kerusakan tanaman didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Perhitungan
intensitas serangan hama ini penting untuk diketahui agar kita mampu menghitung
sederhana nilai intensitas serangan hama pada tanaman dengan gejala-gejala
tertentu
2. Untuk
menentukan kerusakan mutlak tanama rumus I = a/ a+b x 100%
3. Kerusakan
mutlak adalah gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman,
batang, malai dan daun.
4. Berdasarkan
hasil praktikum pada tanaman tomat mengalami kerusakan mutlak yaitu sebesar 60
%
5. Sedangkan
hasil praktikum pada tanaman kentang
mengalami kerusakan relative yaitu sebesar 20 %
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 1991.
Petunjuk lapang latihan PHT palawija.
Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana fisik bappenas.
Jakarta.
Dirjen Bina
Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah
Endemis OPT Buku 1. Pangan Balai Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Dirjen Bina
Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah
Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Endah, Joisi,
Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman
Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mugnisjah,W.Q.
dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta.
Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.