Monday, June 5, 2017

PERHITUNGAN KERUSAKAN TANAMAN, IHPT


BAB IX
PERHITUNGAN KERUSAKAN TANAMAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data atauketerangan dengan jalan mengamati, malakukan perhitungan atau pengukuran terhadap obyek yang diteliti. Pengamatn hama tanaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang :
a.       Adanya hama tanaman
b.      Jenis hama ynag bersangkutan
c.       Tingkat kerusakan yang di akibatkannya, yang dinyatakan dalam intensitas serangan hama.
d.       Luas daerah serangan
e.       Kapadatan populasi hama.
Pengamatan yang lebih penting adalah untuk mendeteksi dan memantau perkembangan populasi organisme pengganggu tanaman dan kerusakan yang diakibatkan pada tanaman serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kepadatan populasi hama adalah rerata jumlah individu OPT dalam stadium tertentu pada petak contoh sesuai dengan metode pengamatan yang ditetapkan. Stadia OPT untuk menentukan kapadatan populasi antara lain berupa imago, pupa, nimpa, larva, telur, spora, tubuh buah, dan lain-lain sesuai dengan jenis OPT yang bersangkutan.
Intensitas serangan adalah derajat serangan OPT atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oloeh OPT.
Adapun bentuk penafsiran kepadatan populasi dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.       Penafsiran populasi mutlak  adalah mengamati langsung pada suatu habitat hama (tanah, tanaman, atau bagian tanaman dsb) yang dinyatakan dalam satauan (unit) luas tanah atau habitat dari hama misalnya banyaknya wereng coklat tiap rumpun padi atau banyaknya individu walang sangit dalam pertanaman seluas 1 m x 1 m.
b.      Penafsiran populasi relatif adalah untuk mengetahui perubahan dari waktu ke waktu atau perbedaan dari suatu tempat dengan tenpat lain. Metode dengan menggunakan jaringan serangga atau m,enggunakan perangkap lampu, perangkap feromon atau jenis perangkap yang lain.
c.       Indeks populasi dilakukan terhadap hama yang bersembunyi pada sarangnya atau berada pada tempat yang susah dijangkau. Dengan mengamati jumlah serangan atau jumlah kotoran dapat dilakukan penafsiran terhadap populasi.

Penilaian terhadap tingkat serangan hama baik berdasarkan tingkat kepadatan populasi hama maupun tingkat intensitas kerusakannya. Besarnya kerusaklan tanaman oleh hama merupakan fungsi dari kepasdatan populasi, ciri prilaku makan, srta ciri biologi tanamannya sendiri. Masing-masing faktor tersebut di pengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik maupun biotik.
Bentuk maupun eratnya hibungan antara kapadatan populasi dengan kerusakan tanaman tidak mudah ditentukan. Namun dengan tanpa mengetahui bentuk eratnya hubungan antara kapadatan populasi dengan tingkat kerusakan, penilaian terhadap kerusakan sangat di perlukan dalam kegiatan PHT. Biasanya pertanaman berdasarkan penilaian tersebut dikategorikan menjadi :
a.       Pertanaman sehat : Pertanaman mengalami serangan hama mulai tidak ada sama sekali sampai batas ambang ekonomi.
b.      Ringan : apabila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas ambang ekonomi sampai dibawah kerusakan 25 %
c.       Sedang : apabila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan 25 % sampai dibawah 50 %
d.      Berat : apabila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan 50 % sampai di bawah 85 %
e.       Puso : apabila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan sama dengan atau lebih dari 85 %.

Data mengenai tingkat kerusakan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan antara lain adalah :
1.      Untuk menentukan status ekonomi suatu spesies hama
2.      Mengembangkan penentuan nilai ambang ekonomi
3.      Menilai efektivitas usaha pengendalaian yang telah dilakukan.
4.      Menilai tingkat ketahanan tanaman.
Penilaian kerusakan tanaman umumnya dinyatakan dalam bentuk intensitas kerusakan dalam persen. Pada serangan mutlak angka persen intensitas kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I : (a/b) x 100 %
I        :    Intensitas kerusakan (%)
a        :  Banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama dari sampel yang diamati
b        :   Banyaknya tanaman atau bagian tanaman sample yang diamati.

Namun tidak semua bentuk kerusakan dapat diperhitungkan dengan rumus tersebut, seringkali bentuk kerusakan yang tidak langsung (serangan tidak mutlak) atau mengalami kerusakan bertahap maka penilaian intensitas kerusakan dilakukan dengan pemberian skor yang menunjukan tahap kerusakan.

Nilai skor kerusakan bertahap misalnya :
0 = tidak ada kerusakan
1 = tingkat kerusakan 1 – 20 %
2 = tingkat kerusakan 21 – 40 %
3 = tingkat kerusakan 41 – 69 %
4 = tingkat kerusakan 61 – 80 %
5 = tingkat kerusakan lebih 80 %

Selanjutnya untuk menghitung intensitas kerusakan dengan rumus :  
 
I = ∑ (ni x vi)x 100 %
           Z x N    
            I = intensitas serangan
            Ni = banyaknya tanaman, bagian tanaman yang terserang pada skor ke     1
            Vi = nilai skor ke I
            N = banyaknya tanaman bagian tanaman sampel yang diamati.
            Z = skor tertinggi

Contoh Ordo serangga yang berperan sebagai hama :
1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang) = valanga nigricornis, sexava nubile
2.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) = Leptokoriza lugens, aphis craccivora
3.    Ordo Homoptera ( bangsa wereng) = Nilaparvata lugens
4.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) = Phaidonia inclusa
5.    Ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu) = tryporiza innotata
6.    Ordo Diptera (bangsa lalat0 = Liriomiza hauidobrensis
7.    Ordo Thysanoptera (bangsa trips) = trips tabaci

1.    Berdasarkan cara menyerang tanaman serangga mempunyai cara berbeda-beda antara jenis satu dengan yang lain tergantung tipe alat mulutnya. Tipe alat mulut ada 3 yaitu :menggigit dan mengunyah (mandibulate)
2.    Menghisap/ menjilat (labellate)
3.    Menusuk dan menghisap (haustelate)

Berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakannya hama dikelompokkan :
1.      Hama pemakan : tipe mulut mandibulate, bagian dimakan daun, batang akar.
2.      Hama penyebab puru (bengkak) : hama merusak dalam jaringan tanaman melalui jaringan muda. Puru terbentuk karena adanya skresi dari hama tersebut.
3.      Penggerek : merusak dengan jalan mengebor bagian tanman dan hidup dalam bagian yang digerek.
4.      Hama penusuk penghisap : biasanya tipe mulutnya penusuk penghisap, hama manusuk lapisan epidermis dan menghisap cairan tanaman, sehingga bekas tusukan timbul bercak-berca. Golongan ini juga berfungsi sebagai fektor penyakit.
5.      Hama pengorok : memakan daging daun dengan meninggalkan epidermisnya saja sehingga daun akan tampak transparan.
6.      Hama penggulung : merusak dengan jalan menggulung bagian daun kemudian memakan dari dalam gulungan

B.     Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa dapat mengerti dan memahami cara penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan tentang cara penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
3.      Mahasiswa dapat melakukan kegiatan penghitungan perkembangan penyakit tumbuhan.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kerusakan tanaman dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangaan



pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap kecamatan, karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman,  2002).

Peramalan hama bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. Analisis daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991).
















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Alat
a.         Penggaris atau meteran
b.         Hand Counter
c.         Kalkulator
B.  Bahan
a.         Tanaman tomat dan kentang Hasil praktikum pada materi sebelumnya
C.  Cara kerja
1.        Menyiapkan tanaman tomat dan kentang hasil praktikum sebelumnya,dan letakan pada tempat yang sudah ditentukan dalam screening house
2.        Mengamati perkembangan gejala penyakit untuk setiap pengamatan
3.        Melakukan pengambilan gambar,dan mencatat keterangan secara jelas pada lembar kerja untuk setiap pengataman
4.        Menghitung tingkat kerusakan sesuai dengan tipe kerusakan yang ditimbulkan pathogen
5.        Membuat laporan kegiatan pada lembar kertas kerja,kemudian menyerahkan kepada pembimbing praktikum umtuk divalidasi.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut :
Skala
Presentase
 (%)
0
0 %
1
1 – 20 %
2
21 – 40 %
3
41 – 69 %
4
61 – 80 %
5
Lebih 80 %

Hasil perhitungan :
I = ∑. k. nk x 100 %
            ZN
Z = Skala tertinggi       ( 5 )
N = Skala yang diamati  Tomat (2)  Kentang (2)
Tanaman Tomat =  (0 x 0) +  (1 x 0) +(2 x 3) +(3 x 0) +  (4 x 0) +(5 x 0)  x 100 %
                                                                         5 x 2
                                    =  6 x 100 % / 10 = 60 %
Tanaman Kentang :
 =  (0 x 0) +  (1 x 2) +(2 x 0) +(3 x 0) +  (4 x 0) +(5 x 0)  x 100 %
                                                 5 x 2
                                    =  2 x 100 % / 10 = 20 %

B.     Pembahasan
Kerusakan mutlak dan intensitas serangan pada tanaman asystacia gangentica gejala kerusakan mutlak yaitu gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman, batang , dan daun. Sedangkan kerusakan relative adalah gejala rusaknya tanaman atau bagian tanaman misalnya bagian daun seperti akibat serangan cendawan yang menyerang sehingga bagian daun tersebut mengalami kerusakan bervariasi. Untuk menentukan variasi atau kerusakan mutlak tanaman digunakan rumus I = a/ a + b x 100%

A adalah bagian tanaman yang sakit dan B adalah bagian tanaman yang sehat.
Fungsi perhitungan intensitas kerusakan adalah untuk menilai atau menghitung serangan hama. Serangan hama yang menyebabkan kerusakan mutlak. Pada kerusakan tidak mutlak atau relative digunakan untuk melihat inyensitas serangan hama yang menimbulkan kerusakan tidak mutlak baik secara kuantitatif dinyatakan dalam persentase bagian tanaman atau kelompok tanaman yang rusak atau terserang, sedangkan kualitatif dinyatakan dalam kategori serangan ringan, serangan sedang, dan serangan berat.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan. Pada Tanaman Tomat  kerusakan yang dialami adalah kerusakan mutlak karena persentasi diatas 50% yaitu sebesar 60 % dan pada Tanaman Kentang kerusakan yang dialami adalah kerusakan relative karena persentasi yang didapat dibawah 50% yaitu sebesar 20% .









BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penghitungan kerusakan tanaman didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.     Perhitungan intensitas serangan hama ini penting untuk diketahui agar kita mampu menghitung sederhana nilai intensitas serangan hama pada tanaman dengan gejala-gejala tertentu
2.     Untuk menentukan kerusakan mutlak tanama rumus I = a/ a+b x 100%
3.     Kerusakan mutlak adalah gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman atau bagian tanaman, batang, malai dan daun.
4.     Berdasarkan hasil praktikum pada tanaman tomat mengalami kerusakan mutlak yaitu sebesar 60 %
5.     Sedangkan  hasil praktikum pada tanaman kentang mengalami kerusakan relative yaitu sebesar 20 %












DAFTAR  PUSTAKA
Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana fisik bappenas. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT  Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.

Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.