Sunday, October 7, 2018

Peranan Sistem Informasi Dalam Pengembangan Sektor Pertanian Di Indonesia


Peranan Sistem Informasi Dalam Pengembangan Sektor Pertanian Di Indonesia
(Novita Risti Azahra / 1525010234)

Kelompok   tani   didefinisikan   sebagai kumpulan  orang-orang  tani  atau  petani,  yang terdiri atas petani dewasa, pria dan wanita, tua dan  muda,  yang  terikat  secara  informal  dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan   kebutuhan   bersama   serta   berada   di lingkungan  pengaruh  dan  pimpinan  seorang kontak     tani     (Deptan     RI,     1980     dalam Mardikanto,  1996).
Kelompok tani di suatu daerah bisa berfungsi sebagai wadah penggerak dan penyuluh bagi anggotanya. Beberapa kelompk tani yang lain juga memiliki kegiatan lain seperti  gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usahatan.
Secara teoritis, kelompok tani diartikan sebagai  kumpulan  petani  yang  terikat  secara informal  atas  dasar  keserasian  dan  kepentingan bersama dalam usahatani. Kementerian Pertanian     mendefinisikan     kelompok     tani sebagai    kumpulan    petani/peternak/pekebun yang     dibentuk     atas     dasar     kesamaan kepentingan,   kesamaan   kondisi   lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk   meningkatkan   dan   mengembangkan usaha   anggota.      Idealnya,   kelompok   tani dibentuk    oleh    dan    untuk    petani,    guna mengatasi  masalah  bersama  dalam  usahatani serta  menguatkan  posisi  tawar  petani,  baik dalam  pasar  sarana  maupun   pasar  produk pertanian.  Organisasinya  bersifat  non-formal, namun  dapat  dikatakan  kuat,  karena  dilandasi kesadaran  bersama  dan  azas  kekeluargaan (Anonimous, 2009).
Dalam era modern seperti ini seperti penggunaan smartphone atau gagdet bisa memberikan dampak positif yaitu pengembangan sektor pertanian. Karena banyaknya informasi yang dapat diakses melalui internet dari cara pembuatan pupuk organik, cara memebrantas hama, penggunaan pestisida, budidaya tanaman, dan masih banyak lagi. Penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan sehari hari sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggali informasi lebih jauh untuk membantu meningkatkan sektor pertanian.
Dalam   beberapa   program   nasional dari  Kementerian  Pertanian,  misalnya  Prima Tani,    kelompok    tani    difungsikan    sebagai praktisi   penerapan   teknologi   dalam   suatu sistem    inovasi    ‘tahap    awal    penumbuhan (Simatupang,  2004).  Aliran  pengetahuan  dan informasi      (diseminasi)      teknologi      yang bersumber  dari  hasil  penelitian  disampaikan melalui   penyuluh.   Petani   dan   kelompoknya diposisikan      sebagai      praktisi      agribisnis penerima  atau  pengguna  teknologi  tersebut. Memasuki tahap pemantapan, peran kelompok tani  adalah  menggerakkan  anggotanya  dalam mengadopsi   teknologi   yang   telah   menjadi barang   publik,   sehingga   menjadi   masukan bagi  lembaga  penelitian  yang  menghasilkan teknologi       untuk       menumbuhkan       dan mengembangkan  teknologi  tersebut  menjadi usaha  komersial. Peran kelompok    tani    adalah    sebagai    baromater keberhasilan  suatu  inovasi  teknologi  dengan keberhasilan   umpan   balik   adopsi   kelompok kepada    pihak    penyedia    teknologi    untuk melanjutkan ke tahap inovasi yang lebih maju.
Kelompok tani   yang   ada   saat   ini menunjukkan   banyak   peran   penting   dalam penyelenggaraan     program     pembangunan pertanian.  Pembentukan  Sarjana  Membangun Desa   sebagai   pendamping   kelompok   tani ternak  menunjukkan  hasil  yang  cukup  baik. Kelompok   tani   yang   memperoleh   bantuan selain  menjalankan  program  pemerintah  juga melakukan  percobaan  pola  pemberian  pakan pada  ternak  dengan  bahan  yang  tersedia  di sekitar  lokasi  setempat.  Kelompok  tani  ternak menjadi  lebih  komersial  dengan  mengusahakan  pembuatan  pupuk  organik  berbahan  bakulimbah  padat  dan  cair  ternak.
Selain  melakukan  pembuatan  pupuk  organik  kelompok  tani ternak  juga  mengaplikasikan  instalasi  biogas, sehingga   kelompok   tani   ternak   mendapat tambahan  pendapatan  dan  penurunan biaya operasional  rumah  tangga.  Bahkan  peternak yang  berprofesi  sebagai  petani  dapat  mengintegrasikan  usahatani  dengan  ternak  dengan cara   memanfaatkan    pupuk    organik    untuk tanaman   dan   memberi   pakan   ternak   dari limbah   tanaman.   Pola    ini   sudah    banyak diadopsi  dan  diduplikasi  di  berbagai  wilayah Indonesia.   Artinya,   kelompok   tani   berperan pula  dalam  memajukan  teknologi  dari  yang bersifat sederhana sampai yang komplek. Kemajuan teknologi itu penting, namun lebih   penting   lagi   jika   diperoleh   dari   hasil penelitian. Teknologi dan penelitian tidak dapat dilepaskan   dalam   proses   produksi,   karena keduanya  merupakan  faktor  produksi  dalam perkembangan     sektor     pertanian     secara agregat  (Hutabarat,  1999).  Umpan  balik  dari petani  anggota  kelompok  yang  mengadopsi teknologi   merupakan   masukan   yang   baik untuk  penelitian  teknologi  selanjutnya.  Karena dalam  proses  alih  dan  adopsi  teknologi,  tidak ada     suatu     teknologi     pun     yang     cocok diterapkan  di  semua  lokasi  dan  memberi  hasil memuaskan, sehingga perlu penyuluhan untuk membawa  hasil-hasil  penelitian  dan  teknologi terbaru  kepada  kelompok yang  lain.  Hal  ini penting  untuk  menghindari  resiko  awal  adopsi tetapi  juga  tidak  terlambat  dalam  menangkap peluang pasar (Hutabarat, 1999).
Basuno   (2003)   menyebutkan   bahwa optimalisasi  proses  diseminasi  paket  teknologi di   masa   depan   masih   perlu   banyak   pembenahan,      terutama      berkaitan      dengan pembagian  peran  secara  tegas  antara  peneliti dan penyuluh. Kedua motor penggerak proses penyampaian  teknologi  kepada  petani  melalui kelompok  tersebut  juga  harus  didukung  oleh fasilitas  penunjang  kegiatan  agar  dapat  lebih fokus  dan  mencapai  sasaran,  yaitu  teknologi tepat guna bagi kelompok atau petani sasaran. Teknologi    pertanian    yang    didiseminasikan kepada  sejumlah  petani  atau  kelompok  tani harus  diterima  kelompok  yang  bersangkutan dan   disebut   sebagai   masa   kritis   teknologi. Apabila    masa    kritis    tidak    tercapai    maka teknologi tidak akan diadopsi dan hilang begitu saja.
Agar  adopsi  teknologi  dapat  berlanjut, jumlah  orang  dalam  kelompok  yang  mengadopsi dengan berhasil harus mencapai masa kritis  disertai  persyaratan  berupa  tersedianya masukan-masukan  pertanian  yang  dibutuhkan secara  berkelanjutan.  Keberlanjutan  teknologi tersebut  ditunjukkan  oleh  penggunaan  teknologi  secara  terus menerus  sampai  teknologi tersebut  kehilangan  manfaatnya  atau  sampai ditemukan teknologi baru yang lebih baik untuk menggantikannya    (Basuno,    2003).    Untuk meningkatkan  indek  dan  status  keberlanjutan teknologi perlu penyebarluasan dan diseminasi teknologi    melalui    kursus,    pelatihan    dan penyuluhan    pertanian    yang    di    Indonesia umumnya   diberikan   kepada   kelompok   tani (Suyitmanet al. 2009). Efektivitas   penggunaan   teknologi   di tingkat  petani  melalui  pemberdayaan  kelompok  secara  partisipatif  berpengaruh  signifikan terhadap  peningkatan  luas  panen,  misalnya kasus teknologi kincir air non tradisional dalam mendukung  program  swasembada  pangan  di Sumatera  Barat (Putri  dan  Pamekas,  2011).
Dewasa   ini,   dimana   isu   perubahan   iklim hangat   dibicarakan   oleh   banyak   kalangan, keterlibatan  kelompok  tani  sebagai  pelaku  di lapangan  yang  berhadapan  langsung  dengan risiko   dan   dampak   negatif perubahan   iklim harus     diperhatikan.     Pembentukan     forum diskusi    iklim    akan    mampu    merevitalisasi lembaga-lembaga   terkait   (penelitian,   penyuluhan)   serta   kelompok   tani.   Informasi   dari kelompok   tani   diharapkan   dapat   memberi informasi  iklim  yang  berkualitas  baik,  karena bersumber   dari   pihak   yang   berkepentingan (Pasaribu, 2007). Artinya, teknologi juga dapat diciptakan  berdasarkan  masukan  dari  petani atau  kelompok  tani  berdasarkan  pengalaman, sehingga   menjadi   referensi   peneliti   untuk mengembangkan   teknologi   yang   ada   guna mengantisipasi  kejadian  di  masa  mendatang dengan lebih baik.
Teknologi   mampu   mendorong   perubahan  tatanan  kelembagaan  di  pedesaan  dan perubahan    kelembagaan    akan    berdampak pada  struktur  tenaga  kerja  dan  pendapatan masyarakat  pedesaan  (Gunawanet  al.  1989). Artinya    perubahan    teknologi    akan    mengakibatkan  redistribusi  pendapatan  usahatani. Pemilihan  inovasi  pertanian  yang tepat  guna (good  innovation)  akan  meningkatkan  minat petani   untuk   menggunakan   teknologi   yang diintroduksikan  (Musyafak  dan  Tatang,  2005). Inovasi baru tersebut harus didampingi dengan penyuluhan   yang   efektif,   sehingga   adopsi teknologi   akan   mencapai   sasarannya   dan tenaga  penyuluh  pertanian  dapat  diberdayakan secara optimal.
Kelompok tani  yang sudah tidak asing dengan fungsi traktor dan mempunyai kemampuan  finansial  yang  cukup  dapat  mendorong laju adopsi teknologi dengan mengembangkan usaha    penyewaan    traktor    dengan    upah borongan  per  luas  lahan. 

KESIMPULAN
Kelompok   tani   berperan dalam  memajukan  teknologi  dari  yang bersifat sederhana sampai yang komplek. Dalam penggunaan teknologi dibutuhkan sikap yang knsisten dan angota yang terbuka untuk menerima teknologi yang akan di gunakan. Teknologi yang belum efisien digunakan akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.