Peranan Sistem Informasi Dalam Pengembangan Sektor
Pertanian Di Indonesia
(Novita Risti Azahra / 1525010234)
Kelompok tani
didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang
tani atau petani,
yang terdiri atas petani dewasa, pria dan wanita, tua dan muda,
yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok
atas dasar keserasian dan
kebutuhan bersama serta
berada di lingkungan pengaruh
dan pimpinan seorang kontak tani
(Deptan RI, 1980
dalam Mardikanto, 1996).
Kelompok tani
di suatu daerah bisa berfungsi sebagai wadah penggerak dan penyuluh bagi
anggotanya. Beberapa kelompk tani yang lain juga memiliki kegiatan lain seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan
kerja untuk kegiatan usahatan.
Secara
teoritis, kelompok tani diartikan sebagai
kumpulan petani yang
terikat secara informal atas
dasar keserasian dan
kepentingan bersama dalam usahatani. Kementerian Pertanian mendefinisikan kelompok tani sebagai kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Idealnya, kelompok tani dibentuk oleh
dan untuk petani,
guna mengatasi masalah bersama
dalam usahatani serta menguatkan
posisi tawar petani,
baik dalam pasar sarana
maupun pasar produk pertanian. Organisasinya
bersifat non-formal, namun dapat
dikatakan kuat, karena
dilandasi kesadaran bersama dan
azas kekeluargaan (Anonimous,
2009).
Dalam era
modern seperti ini seperti penggunaan smartphone atau gagdet bisa memberikan
dampak positif yaitu pengembangan sektor pertanian. Karena banyaknya informasi
yang dapat diakses melalui internet dari cara pembuatan pupuk organik, cara
memebrantas hama, penggunaan pestisida, budidaya tanaman, dan masih banyak lagi.
Penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan sehari hari sehingga bisa
dimanfaatkan untuk menggali informasi lebih jauh untuk membantu meningkatkan
sektor pertanian.
Dalam beberapa
program nasional dari Kementerian
Pertanian, misalnya Prima Tani,
kelompok tani difungsikan sebagai praktisi penerapan
teknologi dalam suatu sistem inovasi
‘tahap awal penumbuhan (Simatupang, 2004).
Aliran pengetahuan dan informasi (diseminasi) teknologi yang bersumber dari
hasil penelitian disampaikan melalui penyuluh. Petani
dan kelompoknya diposisikan sebagai praktisi agribisnis penerima atau
pengguna teknologi tersebut. Memasuki tahap pemantapan, peran
kelompok tani adalah menggerakkan
anggotanya dalam mengadopsi teknologi
yang telah menjadi barang publik,
sehingga menjadi masukan bagi
lembaga penelitian yang
menghasilkan teknologi
untuk menumbuhkan dan mengembangkan teknologi
tersebut menjadi usaha komersial. Peran kelompok tani
adalah sebagai baromater keberhasilan suatu
inovasi teknologi dengan keberhasilan umpan
balik adopsi kelompok kepada pihak
penyedia teknologi untuk melanjutkan ke tahap inovasi yang
lebih maju.
Kelompok tani yang
ada saat ini menunjukkan banyak
peran penting dalam penyelenggaraan program
pembangunan pertanian.
Pembentukan Sarjana Membangun Desa sebagai
pendamping kelompok tani ternak
menunjukkan hasil yang
cukup baik. Kelompok tani
yang memperoleh bantuan selain menjalankan
program pemerintah juga melakukan percobaan
pola pemberian pakan pada
ternak dengan bahan
yang tersedia di sekitar
lokasi setempat. Kelompok
tani ternak menjadi lebih
komersial dengan mengusahakan
pembuatan pupuk organik
berbahan bakulimbah padat
dan cair ternak.
Selain melakukan
pembuatan pupuk organik
kelompok tani ternak juga
mengaplikasikan instalasi biogas, sehingga kelompok
tani ternak mendapat tambahan pendapatan
dan penurunan biaya operasional rumah
tangga. Bahkan peternak yang
berprofesi sebagai petani
dapat mengintegrasikan usahatani
dengan ternak dengan cara
memanfaatkan pupuk organik
untuk tanaman dan memberi
pakan ternak dari limbah
tanaman. Pola ini
sudah banyak diadopsi dan
diduplikasi di berbagai
wilayah Indonesia. Artinya, kelompok
tani berperan pula dalam
memajukan teknologi dari
yang bersifat sederhana sampai yang komplek. Kemajuan teknologi itu
penting, namun lebih penting lagi
jika diperoleh dari
hasil penelitian. Teknologi dan penelitian tidak dapat dilepaskan dalam
proses produksi, karena keduanya merupakan
faktor produksi dalam perkembangan sektor
pertanian secara agregat (Hutabarat,
1999). Umpan balik
dari petani anggota kelompok
yang mengadopsi teknologi merupakan
masukan yang baik untuk
penelitian teknologi selanjutnya.
Karena dalam proses alih
dan adopsi teknologi,
tidak ada suatu teknologi pun
yang cocok diterapkan di
semua lokasi dan
memberi hasil memuaskan, sehingga
perlu penyuluhan untuk membawa hasil-hasil penelitian
dan teknologi terbaru kepada
kelompok yang lain. Hal
ini penting untuk menghindari
resiko awal adopsi tetapi
juga tidak terlambat
dalam menangkap peluang pasar
(Hutabarat, 1999).
Basuno (2003)
menyebutkan bahwa optimalisasi proses
diseminasi paket teknologi di
masa depan masih
perlu banyak pembenahan, terutama berkaitan dengan pembagian peran
secara tegas antara
peneliti dan penyuluh. Kedua motor penggerak proses penyampaian teknologi
kepada petani melalui kelompok tersebut
juga harus didukung
oleh fasilitas penunjang kegiatan
agar dapat lebih fokus
dan mencapai sasaran,
yaitu teknologi tepat guna bagi
kelompok atau petani sasaran. Teknologi
pertanian yang didiseminasikan kepada sejumlah
petani atau kelompok
tani harus diterima kelompok
yang bersangkutan dan disebut
sebagai masa kritis
teknologi. Apabila masa kritis
tidak tercapai maka teknologi tidak akan diadopsi dan
hilang begitu saja.
Agar adopsi
teknologi dapat berlanjut, jumlah orang
dalam kelompok yang
mengadopsi dengan berhasil harus mencapai masa kritis disertai
persyaratan berupa tersedianya masukan-masukan pertanian
yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Keberlanjutan
teknologi tersebut
ditunjukkan oleh penggunaan
teknologi secara terus menerus
sampai teknologi tersebut kehilangan
manfaatnya atau sampai ditemukan teknologi baru yang lebih
baik untuk menggantikannya
(Basuno, 2003). Untuk meningkatkan indek
dan status keberlanjutan teknologi perlu penyebarluasan
dan diseminasi teknologi melalui kursus,
pelatihan dan penyuluhan pertanian
yang di Indonesia umumnya diberikan
kepada kelompok tani (Suyitmanet al. 2009). Efektivitas penggunaan
teknologi di tingkat petani
melalui pemberdayaan kelompok
secara partisipatif berpengaruh
signifikan terhadap
peningkatan luas panen,
misalnya kasus teknologi kincir air non tradisional dalam mendukung program
swasembada pangan di Sumatera
Barat (Putri dan Pamekas,
2011).
Dewasa ini,
dimana isu perubahan
iklim hangat dibicarakan oleh
banyak kalangan, keterlibatan kelompok
tani sebagai pelaku
di lapangan yang berhadapan
langsung dengan risiko dan
dampak negatif perubahan iklim harus diperhatikan. Pembentukan forum diskusi iklim
akan mampu merevitalisasi lembaga-lembaga terkait
(penelitian, penyuluhan)
serta kelompok tani.
Informasi dari kelompok tani
diharapkan dapat memberi informasi iklim
yang berkualitas baik,
karena bersumber dari pihak
yang berkepentingan (Pasaribu,
2007). Artinya, teknologi juga dapat diciptakan
berdasarkan masukan dari
petani atau kelompok tani
berdasarkan pengalaman, sehingga menjadi
referensi peneliti untuk mengembangkan teknologi
yang ada guna mengantisipasi kejadian
di masa mendatang dengan lebih baik.
Teknologi mampu
mendorong perubahan tatanan
kelembagaan di pedesaan
dan perubahan kelembagaan akan
berdampak pada struktur tenaga
kerja dan pendapatan masyarakat pedesaan
(Gunawanet al. 1989). Artinya perubahan
teknologi akan mengakibatkan redistribusi
pendapatan usahatani. Pemilihan inovasi
pertanian yang tepat guna (good
innovation) akan meningkatkan
minat petani untuk menggunakan
teknologi yang diintroduksikan (Musyafak
dan Tatang, 2005). Inovasi baru tersebut harus didampingi
dengan penyuluhan yang efektif,
sehingga adopsi teknologi akan
mencapai sasarannya dan tenaga
penyuluh pertanian dapat
diberdayakan secara optimal.
Kelompok
tani yang sudah tidak asing dengan
fungsi traktor dan mempunyai kemampuan
finansial yang cukup
dapat mendorong laju adopsi
teknologi dengan mengembangkan usaha
penyewaan traktor dengan
upah borongan per luas
lahan.
KESIMPULAN
Kelompok tani
berperan dalam memajukan teknologi
dari yang bersifat sederhana
sampai yang komplek. Dalam penggunaan teknologi dibutuhkan sikap yang knsisten
dan angota yang terbuka untuk menerima teknologi yang akan di gunakan. Teknologi
yang belum efisien digunakan akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya.