Tuesday, May 2, 2017

karakter fenotip strobery festival

PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Stroberi (Fragaria spp.) merupakan tanaman komoditas buah anggota Familis Rosaceae yang telah banyak dibudidayakan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Beberapa kultivar stroberi yang dikenal di masyakarat telah berkembang menjadi buah yang komersial dan sebagai buah konsumsi masyarakat. Beberapa teknik budidaya stroberi dimanfaatkan oleh petani di Indonesia untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas mutu karakter agronomisnya.
Menurut Rukmana (1998), penanaman stroberi di Indonesia sudah lama dirintis sejak jaman kolonialisasi Belanda, akan tetapi pengembangannya masih dalam skala kecil. Meskipun stroberi bukan tanaman asli Indonesia, pengembangan komoditas ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan baru dalam sektor pertanian. Fakta ini didasari dengan semakin banyaknya penggemar buah stroberi. Permintaan pasar akan buah stroberi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Produksi stroberi dalam negeri tiap tahun mengalami peningkatan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) volume produksi stroberi tahun 2011 sebesar 41.035 ton meningkat 68% dari tahun 2010 yang hanya 24.846 ton. Peningkatan produksi ini sebanding dengan permintaan akan buah stroberi yang makin meningkat tiap tahunnya. Produksi stroberi dalam negeri belum mampu menutupi permintaan pasar yang tinggi sehingga pada tahun 2011 terdapat peningkatan impor stroberi sebesar 24,7%, yaitu dari 452 ton menjadi 564 ton. (Badan Pusat Statistik, 2012). Pemintaan tersebut akan terus meningkat baik pasar dalam negeri maupun pasar internasional.
Situasi ini memberi peluang bagi petani produsen untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi stroberi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.Terdapat lebih dari 20 spesies stroberi di seluruh dunia, pengelompokan ini berdasarkan jumlah kromosomnya. Panjang kromosom dari tanaman stroberi berukuran 0,9 sampai dengan 1,7 mikron (Hughes, et.al., 1974). Terdapat tujuh jenis kromosom utama yang tersebar diseluruh spesies. Beberapa spesies adalah diploid yaitu mempunyai dua pasang dari tujuh kromosom sehingga jumlahnya 14 kromosom.
Sementara itu, yang lainnya merupakan tetraploid yaitu memiliki empat pasang dari ketujuh kromosom sehingga jumlahnya 28 kromosom, hexaploid (6 pasang), oktoploid (8 pasang) dan dekaploid (10 pasang). Didalam pengelompokannya, yang termasuk spesies diploid adalah Fragaria daltoniana, F. iinumae, F. nilgerrensis, F. nipponica, F. nubicola, F. vesca, F. viridis, dan F. yezoensis. Spesies tetraploid adalah F. moupinensis dan F. orientalis. Spesies hexaploid adalah F. moschata. Spesies oktoploid dan variannya adalah F. ananassa, F. chiloensis, F. iturupensis dan F. virginiana. Sementara itu yang termasuk spesies dekaploid dan variannya adalah F. Potentilla, F. vescana dan Beberapa spesies baru telah diperkenalkan yang merupakan subspesies dari spesies spesies sebelumnya (Byrne and Jelenkovi´c, 1976).
Prospek penelitian tanaman stroberi melalui karakterisasi dari sifat genotip dan fenotipnya adalah sangat besar. Hal ini dikarenakan dapat langsung mengetahui gen- gen yang mengkode sifat-sifat yang unggul untuk kemudian dijadikan sebagai protokol membuat transgenik tanaman stroberi yang dapat dijual dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Sifat unggul yang dikode urutan genetik dalam gen-gen tertentu di tanaman stroberi dapat disisipkan ke dalam mikroorganisme yang nantinya menjadi dasar untuk pengembangan transgenik tanaman karena hanya menggunakan gen-gen unggul untuk merakit tanaman stroberi yang mempunyai daya saing tinggi sehingga dapat memperkuat sistem inovasi nasional.
b.      Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan karakter fenotip tanaman stroberi kultivar Festival dan Californica hasil induksi kolkisin dan lama waktu induksi yang paling efektif antara perbedaan konsentrasi 0.05% dengan 0,01%.
METODE
Persiapan bibit stroberi.
Tahap awal yaitu pengambilan bibit stroberi kultivar Festival dari Desa Banyuroto. Kemudian, bibit tersebut di bawa ke Laboratorium Genetika untuk di induksi dengan kolkisin. Sebelum di induksi, bibit stroberi dicuci dengan aquades dan dipindahkan dari polybag ke dalam baki.
Larutan Kolkisin 0,1%. Mula-mula dibuat larutan kolkisin konsentrasi 0,5% yaitu dengan menimbang kolkisin sebanyak 2 gram. Kemudian ditambahkan akuades sampai 400 ml. Selanjutnya dari larutan kolkisin tersebut diambil 20 ml dan diencerkan dengan akuades sebanyak 980 ml hingga konsentrasi 0,01%. Induksi Kolkisin 0,1%. Bibit stroberi yang telah dibersihkan direndam dalam baki yang berisi larutan kolkisin 0,01% selama 24 jam dan 36 jam.
Bibit dibagi lagi menjadi 6 perlakuan, yaitu (P1) Induksi akar konsentrasi 0,01% selama 24 jam, (P2) Induksi akar konsentrasi 0,01% selama 36 jam, (P3) Induksi daun konsentrasi 0,01% selama 24 jam, (P4) Induksi daun konsentrasi 0,01% selama 36 jam, (P5) Induksi akar dan daun konsentrasi 0,01% selama 24 jam, (P6) Induksi akar dan daun konsentrasi 0,01% selama 36 jam.
Tiap perlakuan 24 jam dan 36 jam masing-masing adalah 120 bibit stroberi. Pada 24 jam pertama, bibit diangkat dan dipindahkan pada baki berisi media tanah. Setelah 36 jam, bibit sisanya diangkat dan juga dipindahkan dalam baki. Tidak semua bibit pada 24 jam maupun 36 jam direndam dalam larutan kolkisin, 30 bibit disisakan untuk perlakuan induksi daun. Bibit siap ditanam dan larutan kolkisin sisa rendaman bibit tadi dimasukkan ke dalam sprayer.
Penanaman Bibit Stroberi di Lapangan.
Stroberi ditanam diKawasan sentra budidaya stroberi Agrowisata Banyuroto, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Media tanam stroberi menggunakan karung bekas bijih Vol 2, Desember 2014 Biogenesis 72 plastik (domplet) yang berisi tanah. Pada masing-masing domplet ditanam 3 sampai 4 bibit stroberi. Tanaman dengan perlakuan induksi daun serta induksi akar dan daun selama kurang lebih 3 bulan disemprot atau diusap bagian daunnya sebanyak 2 kali seminggu dengan larutan kolkisin sisa rendaman bibit.
Pengamatan dan Pengukuran Variabel Fenotip.
a.       PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan dua tipe lokasi induksi, yaitu akar dan daun. Pada kedua lokasi tersebut terdapat jaringan meristem yang aktif membelah sehingga diharapkan induksi kolkisin akan optimal, karena pemberian kolkisin pada jaringan meristem akan memberikan pengaruh sedangkan pada jaringan tua tidak akan memberikan pengaruh. Induksi akar dilakukan dengan cara merendam akar sedling tanaman stroberi dengan larutan kolkisin 0,05% selama 24 jam dan 36 jam.
Sedangkan untuk induksi daun serta akar dan daun, induksi dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan kolkisin 0,05% pada ujung pucuk apikal. Induksi pada ujung pucuk apikal dilakukan dua kali dalam seminggu setiap pukul 08.00-10.00 WIB selama 3 bulan setelah penanaman. Induksi dilakukan setiap pukul 08.00-10.00 WIB dikarenakan sel aktif membelah pada kisaran waktu tersebut.
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk jumlah daun pada konsentrasi 0,01% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar 36 jam sedangkan pada konsentrasi 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi daun (Gambar 1 dan 2).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk panjang daun pada konsentrasi 0,01% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar 36 jam sedangkan pada konsentrasi 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi daun (Gambar 3 dan 4).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk lebar daun pada konsentrasi 0,01% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar dan daun 24 jam sedangkan pada konsentrasi 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi daun (Gambar 5 dan 6).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk tinggi tanaman pada konsentrasi 0,01% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar dan daun 36 jam jam sedangkan pada konsentrasi 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi daun (Gambar 7 dan 8).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk keliling batang pada konsentrasi 0,01% dan 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar dan daun 36 jam jam (Gambar 9 dan 10).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk luas mekar bunga pada konsentrasi 0,01% dan 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar 36 jam jam (Gambar 11 dan 12).
Pada pengamatan karakter fenotip tanaman stroberi untuk volume buah pada konsentrasi 0,01% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar dan daun 36 jam jam sedangkan pada konsentrasi 0,05% hasil paling optimal ditunjukkan pada induksi akar dan daun 24 jam (Gambar 13 dan 14).
Pengaruh induksi kolkisin pada parameter yang diamati menunjukkan hasil yang berbeda untuk tiap perlakuan induksi. Hal ini dikarenakan kolkisin yang merupakan senyawa mutagenik memberikan pengaruh yang berbeda- beda terhadap suatu tanaman. Dari penelitian ini untuk meningkatkan volume buah dapat dilakukan dengan induksi selama 24 jam sedangkan untuk meningkatkan luas mekar bunga dapat dilakukan dengan induksi selama 36 jam. Lama waktu induksi kolkisin pada tanaman stroberi akan direspon berbeda-beda oleh tanaman tersebut. Pada waktu perendaman yang cukup lama menyebabkan larutan kolkisin dapat mencapai bagian distal meristem ujung, sehingga terbentuk tanaman poliploidi.
Menurut Suryo (1995) induksi kolkisin dengan konsentrasi dan lama waktu yang tepat akan memberikan poliploid yang optimum namun apabila kurang tepat atau bahkan terlalu lama justru akan merusak sel-sel tanaman tersebut dan akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan tanaman bisa mati. Kolkisin sebagai salah satu agen poliploidisasi yang efektif dan mudah larut di dalam air. Selain itu kolkisin merupakan substansi yang cepat mengadakan difusi ke dalam jaringan tanaman melalui jaringan pengangkut (Suryo, 1995).
Konsentrasi 0,05% dan 0,01 % merupakan konsentrasi yang paling optimal dan dapat menyebabkan sel-sel mengalami perubahan poliploid pada stroberi kultivar Festival dengan rentang waktu induksi antara 24 sampai 36. Larutan kolkisin yang kritis untuk suatu jenis tanaman tertentu dapat mencegah terbentuknya benang-benang plasma dari spindel atau gelendong inti Biogenesis 77 sehingga pemisahan kromosom pada anafase dari mitosis tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa pembentukan dinding sel (Suryo, 1995).
Kolkisin mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan memengaruhi penyusunan mikrotubula dalam sel. Gelendong pembelahan (spindel) sebagai aparatus mitosis, tersusun dari mikrotubula dalam bentuk dublet. Dublet mikrotubula tersusun dari dua buah mikrotubula singlet, sedangkan mikrotubula singlet tersusun dari protofilamen. Protofilamen merupakan polimer dari dimer protein tubulin α dan β.
Mekanisme kerja kolkisin pada dasarnya adalah dengan menghambat terbentuknya mikrotubula. Kolkisin akan berikatan dengan dimer tubulin α dan β, sehingga tidak terbentuk protofilamen. Protofilamen yang tidak terbentuk, maka tidak akan terbentuk mikrotubula singlet dan mikrotubula dublet, sehingga berakibat tidak terbentuknya gelendong pembelahan. Terhambatnya pembentukan spindel pembelahan, maka kromosom yang sudah dalam keadaan mengganda tidak dibagi kearah berlawanan, sehingga membentuk sel yang poliploid (Syaifudin dkk, 2013).
Kolkisin tidak menghambat kerja mikrotubulus yang sudah terakit. Sehingga efek yang terjadi adalah penggandaan kromosom dalam sel akibat kegagalan mikrotubul menarik kromosom menuju ke kutub. Penggadaan kromosom dapat terjadi secara spontan. Penggandaan buatan terjadi bila pada pembelahan sel kromosomnya juga mengganda, tetapi nukleusnya gagal mengganda sehingga membentuk inti dengan jumlah kromosom ganda. Bila penggandaan kromosom terjadi segera setelah pembuahan maka individu yang dihasilkan akan menjadi poliploid sempurna, sedangkan penggandaan pada tahap perkembangan lanjut hanya membentuk sektor poliploid saja. Bila penggandaan terjadi setelah meiosis maka pengurangan gamet akan terbentuk dan bila dibuahi dengan gamet normal maka akan terbentuk poliploid tidak berimbang. Apabila sel gamet yang diberi kolkisin mengakibatkan tidak normalnya proses berpasangan dari kromosom homolog pada saat meiosis dan menyebabkan beberapa organisme poliploid menjadi steril. Namun persilangan antara 2 spesies yang berbeda yang diikuti dengan penggandaan kromosom melalui perlakuan mutasi dengan kolkisin menghasilkan hibrida poliploid yang fertil (Anthony et al., 2000).
KESIMPULAN
Terdapat beda nyata antara cstroberi Festival yang diberi perlakuan kolkisin dengan yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Tanaman stroberi kultivar Festival lebih efektif dengan pemberian kolkisin konsentrasi 0,01% selama 36 jam dibandingkan 24 jam, dan pada konsentrasi 0,05 % lebih efektif pada induksi daun.Terdapat perbedaan pengaruh terhadap pemberian perlakuan kolkisin pada induksi akar, akar & daun, dan daun serta bunga dan buah.
DAFTAR PUSTAKA
Amiri S, Kazemitabaar SK, Ranjbar G, Azadbakht M. 2010. The Effect of Trifluralin and Colchisine Treatments on Morfological Characteristics of Jimsonweed (Datura stramonium L.). Trakia Journal of Sciences. vol 8 (4):47- 61.
Anthony JF, Miller H, Suzuki DT, Gelbart M. 2000. An Introduction to Genetic Analysis. New York: W.H. Freeman and Company. pp 189.

tehnik budidaya tanaman strobery lengkap

Teknik Budidaya Tanaman Stroberi
Tanaman Stroberi adalah buah yang banyak orang sukai, biasanya hidup di daerah sub tropis. Namun meskipun di Indonesia memiliki iklim tropis, tanaman stroberi masih bisa tumbuh dengan subur. Tentunya tidak di semua tempat di Indonesia, hanya daerah-daerah tertentu saja yang bisa di budidayakan tanaman stroberi.
1. Memilih Varietas Unggul Tanaman Stroberi
Pertama mari kita mengenal Varietas unggul yang di budidayakan adalah jenis Sweet charlie (berasal dari Amerika Serikat) dan Rosalinda (berasal dari Florida). Stroberi Sweet charlie memiliki ciri khas yaitu produksi tunas lebih awal, memiliki aroma yang tergolong kuat, cepat berbuah, buah besar dengan warna jingga hingga merah, tahan terhadap serangan hama Colletotrichum, rasa buah yang manis keasaman, tangkai bunga bercabang banyak, daun lebar berwarna hijau muda, tangkai daun panjang dan tegak kaku, banyak bulu pada tangkainya, serta bentuk buah cenderung kerucut.
Varietas Rosalinda merupakan stroberi yang berciri-ciri tangkai daun yang lebih tegak lurus, menghasilkan lebih sedikit stolon daripada jenis Sweet charlie, memproduksi buah dalam waktu sama dengan Sweet charlie, tangkai daun lebih kaku dan teksturnya lebih kasar, memiliki hasil panen yang tinggi dengan ukuran buah yang lebih besar daripada jenis Sweet charlie, bentuk buah bulat dan melebar pada ujung buah, buah lebih tahan lama karena kulit buah lebih tebal, rasa buah lebih manis jika berwarna merah, bentuk buah yang bulat lonjong tidak seperti stroberi jenis Sweet charlie. Kedua varietas tersebut sangat cocok dibudidayakan untuk agrowisata secara terus menerus yang berupaya meningkatkan produksi di perusahaan.
2. Pembibitan (pre-nursery) tanaman stroberi
Pembibitan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bibit tanaman stroberi sebagai bahan tanam untuk kegiatan penanaman dan penyulaman pada tanaman. Bibit stroberi pertama kali diimpor dari Australia oleh salah satu perusahaan agribisnis di Bali.  Bibit tanaman stroberi bisa kita beli di perusahaan agribisnis dengan harga kurang lebih  Rp1.500/bibit. (Namun tidak tahu sekarang).
Atau bisa juga mengembangkan kegiatan pengadaan bibit stroberi secara mandiri atau membuat bibit sendiri. Bibit diperoleh secara vegetatif melalui pemecahan crown dan stolon. Karakteristik bibit hasil perbanyakan secara vegetatif memiliki sifat yang sama dengan induknya. Oleh karena itu, dalam pemilihan tanaman induk harus dipilih tanaman induk yang memiliki pertumbuhan yang baik serta sehat (tidak terserang hama dan penyakit).
Tanaman induk untuk perbanyakan vegetatif diambil dari tanaman induk yang sudah berumur enam sampai dengan sepuluh bulan. Tanaman stroberi setelah berumur delapan bulan harus diganti dengan tanaman yang baru. Pengambilan crown (bongkaran tanaman) dan stolon dapat dilakukan dengan melihat umur tanaman pada setiap blok, karena dalam setiap blok tanaman stroberi memiliki umur tanam yang berbeda-beda.
Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam kegiatan perbanyakan tanaman (pembibitan) stroberi secara vegetatif, anatara lain yaitu 1) pembuatan media tanam pembibitan, 2) metode pembibitan, 3) pemeliharaan bibit:
1.    Pembuatan media tanam pembibitan
Media tanam yang digunakan adalah tanah katel, tanah yang berasal dari endapan sungai yang diambil dari pegunungan. Tanah katel ini memiliki tekstur yang lembut, tidak terlalu menggumpal, berbentuk seperti pasir dan berwarna coklat. Kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setelah itu tanah katel yang sudah dicampur dengan pupuk kandang dimasukkan kedalam polybag kecil berukuran 12×12 centimeter. Pembuatan media tanam untuk bibit stroberi dilakukan pada pagi sampai sore hari berkisar pukul 06:00-16:00 WIB dengan menggunakan tenaga kerja borongan. Setelah media sudah dimasukkan pada polybag, kemudian polybag di tata rapi pada tempat pembibitan (rak) atau teras tanah langsung.
2. Metode pembibitan
Pembibitan tanaman stroberi dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1) Pembibitan meggunakan crown (bongkaran tanaman stroberi)
Crown adalah batang utama pada stroberi yang berukuran sangat pendek. Bongkaran tanaman stroberi berasal dari pembongkaran tanaman stroberi yang masa produksinya sudah menurun, biasanya PT Kusuma Satria Agrobio Tani Perkasa memilih tanaman yang berumur enam sampai dengan delapan bulan karena di perusahaan tersebut hanya menanam tanaman stroberi hingga berumur delapan bulan saja.
Tanaman dicabut untuk dijadikan bibit dengan cara membongkar rumpun tanaman dan mengambil tunas muda pada tanaman tersebut, ciri-cirinya ada minimal satu daun muda terutama daun yang kuncup (belum mekar), terdapat akar muda yang berwarna putih kemerah-merahan, membuang daun-daun tua hingga menyisakan dua sampai dengan tiga daun, sisa daun tersebut kemudian dipotong sedikit agar mengurangi terjadinya penguapan pada tanaman, memotong akar yang sudah tua (berwarna coklat kehitaman dan kering) dengan menggunakan gunting pangkas, kemudian memotong batang tanaman yang berada ditengah-tengah akar berukuran besar dan keras menggunakan gunting pangkas, dan menyisakan akar serabut (akar kecil) yang tidak terlalu tua dengan memotong satu sampai dengan dua centimeter dari batang tanaman.
Kemudian bibit yang sudah di potong direndam kedalam air yang sudah dicampur dengan ZPT (zat pengatur tumbuh) Atonik, agar mempercepat pertumbuhan akar dan menjaga kelembaban sebelum ditanam pada polybag kecil. Setelah itu bibit di tanam pada polybag kecil berukuran 12×12 centimeter yang sudah disiapkan dengan media tanam dan sudah ditata dengan rapi diatas rak beratap paranet berwarna hitam, untuk menaungi dan mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke areal pembibitan.
2) Pembibitan menggunakan stolon (sulur tanaman stroberi)
Stolon adalah tunas yang tumbuh dari bonggol batang yang menjalar hingga mencapai 30 centimeter. Stolon atau yang biasa disebut dengan sulur terdiri dari stolon primer, stolon sekunder, dan stolon tersier. Stolon yang baik digunakan untuk pembibitan adalah stolon yang terdapat pada urutan pertama dan kedua (stolon primer dan stolon sekunder) karena memiliki perakaran yang bagus, sedangkan sulur pada urutan yang ketiga (tersier) biasanya memiliki perakaran yang kurang baik dan produksinya juga kurang baik. Bibit stolon lebih banyak muncul di musim hujan dan lebih banyak tumbuh pada tanaman baru. Pada satu induk tanaman biasanya terdapat 3 sampai dengan 4 stolon (anakan).
Stolon tersebut diambil dari tanaman stroberi dengan cara pilih stolon pada bagian pertama dan kedua (stolon sekunder dan stolon primer), kemudian dipotong menggunakan gunting pangkas dan dikumpulkan di tempat pembibitan, setelah itu potong stolon dengan meyisakan calon akar yang terdapat pada stolon, kemudian potong sedikit bagian daun yang sudah terlalu lebar yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya penguapan tanaman saat keadaan suhu tinggi, lalu direndam kedalam ember berisi air dengan campuran Atonik (ZPT), dan yang terakhir stolon ditanam pada polybag kecil yang sudah disiram dengan air, agar kelembaban tanah pada polybag tetap terjaga.
Pelaksanaan kegiatan pembibitan harus segera dilakukan apabila tanaman stroberi yang berada di lahan sudah menghasilkan stolon. Apabila tidak segera dilakukan, tanaman stroberi tersebut akan memperpanjang masa vegetatifnya dan tidak menghasilkan buah stroberi. Stolon yang siap digunakan untuk pembibitan adalah stolon yang mempunyai calon akar berwarna agak kemerah-merahan (akar muda). Pada umumnya, tanaman stroberi dapat menghasilkan stolon pada umur tiga sampai dengan empat bulan.

b. Pemeliharaan bibit stroberi
Bibit stroberi yang sudah ditanam di polybag kecil dan sudah ditata dengan rapi diatas rak maupun dibawah rak harus dirawat dengan baik agar bibit bisa dipindahkan pada polybag besar (galangsi). Penyiraman bibit stroberi dilakukan setiap pagi hari untuk mencegah terjadinya penguapan (agar tidak layu) pada musim penghujan penyiraman dilakukan tiga sampai dengan empat hari sekali, sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan satu hari sekali.
Penyiraman dilakukan dengan sistem irigasi secara manual yaitu dengan menyiram menggunakan selang. Kegiatan pembersihan gulma yang tumbuh disekitar bibit dilakukan secara manual. Pada perawatan bibit tidak dilakukan penambahan pupuk kimia dan penggunaan pestisida.
Tempat pembibitan harus di beri naungan dengan paranet berwarna hitam untuk mengurangi adanya sinar matahari secara langsung, menurunkan suhu tanah pada siang hari, menjaga kelembaban tanah, mengurangi tekanan air hujan, dan menghemat penyiraman air (air tidak cepat menguap). Setelah bibit berumur tiga sampai dengan empat minggu, bibit dapat dipindah pada polybag besar (galangsi). Biasanya pada umur tiga sampai dengan empat minggu sudah harus di pilah agar bibit yang baik dan bibit yang rusak bisa dipisahkan.
Ciri-ciri bibit stroberi yang sudah siap dipindah pada galangsi adalah akar yang sudah keluar dari polybag, muncul tunas muda yang baru, dan jumlah daun bertambah. Selanjutnya bibit dipilih dan bibit dibersihkan dari gulma ataupun daun bibit yang rusak. Kemudian bibit yang sudah siap tanam, dikumpulkan kedalam ember atau krat pembibitan untuk dibawa ke lokasi penanaman. Setelah bibit sampai dilokasi penanaman, bibit diletakan pada karung (galangsi) sebanyak tiga tanaman (bibit) per karung (galangsi).
c. Persiapan lahan penanaman (media tanam)
Kegiatan persiapan media tanam sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk pertumbuhan tanaman lebih baik. Penanaman stroberi dilakukan pada media karung (galangsi). Karung tersebut berdiameter 50 centimeter dan tinggi karung kurang lebih 70 centimeter. Karung (galangsi) tersebut adalah bekas wadah biji plastik, penggunaan karung ini sebagai media tanam karena sifat karung yang dapat tahan lama. Karena lapisan karung sangat tebal sehingga dapat bertahan satu sampai dengan tiga tahun. Pengisian media tanam ke dalam karung ada dua tahap.
Tahap pertama, apabila pengisian media dari awal atau karung dengan keadaan kosong, maka media yang disiapkan adalah tanah murni (top soil), pupuk kompos atau pupuk kandang dengan komposisi perbandingan 1:1, dan dolomit atau menggunakan kapur (gamping). Pemberian zat kapur (gamping) ini adalah bertujuan untuk mengatur Ph tanah.
Tahap kedua yaitu, apabila karung (galangsi) sudah terisi media tanah, maka kegitan yang harus dilakukan adalah hanya menambah pupuk kandang dan zat kapur saja. Pada tahap kedua ini mula-mula tanah atau media yang sudah ada dalam karung dikeluarkan untuk dicampur dengan pupuk kandang dan zat kapur. Tanah yang dikeluarkan hanya sedikit atau berukuran satu cangkulan (kurang lebih 30 cm).
Selanjutnya media dicampurkan secara merata dengan perbandingan tanah dan pupuk kandang 1:1. Setelah dicampur merata, kemudian media dimasukan kembali dalam karung (galangsi), selanjutnya dibiarkan selama tiga sampai dengan lima hari agar kelembaban tanah stabil. Biasanya dalam satu blok lahan menghabiskan kurang lebih 60 karung pupuk organik atau juga bisa menggunakan pupuk kompos kandang dan setengah karung zat kapur.

2.    Penanaman

Penanaman stroberi dilakukan pada pagi hari agar mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tanaman. Sebelum melakukan kegiatan penanaman, karung yang siap ditanami bibit harus dilakukan pengocoran (penyiraman) menggunakan Termikon 25EC berbahan aktif alfamertin dengan takaran 2 mililiter per satu liter air yang bertujuan untuk pengendalian hama Uret, Rayap, dan semut.

1.    Melepaskan bibit dari polybag dengan cara menekan polybag satu sampai dua kali yang bertujuan untuk memadatkan tanah yang ada di dalam polybag dan memudahkan saat melepas polybagnya, kemudian bibit dijepit dengan jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi bibit terbalik. Setelah itu polybag ditarik dengan memegang belakang polybag yang sudah dibalik secara perlahan agar media dan bibit tidak rusak.
2.    Setelah bibit terlepas dari polybag, kemudian dibuat lubang tanam pada karung (galangsi) agar bibit dapat langsung ditanam. Kedalaman lubang tanam kurang lebih 10 centimeter, posisi lubang tanam berada di setiap pinggiran karung yang bertujuan agar tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik dan pada saat berbuah buahnya akan menggelantung keluar karung sehingga buah tidak terkena tanah secara langsung yang akan menyebabkan buah menjadi busuk.
3.    Bibit kemudian langsung ditanam dan pada saat penanaman tunas pada tanaman tidak boleh sampai tertutup oleh tanah, karena akan mengakibatkan tunas busuk dan tanaman akan mudah mati.
4.    Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penyiraman pada bibit yang sudah ditanam pada karung (galangsi) dengan menggunakan sprinkle.
Pemindahan bibit dari polybag kecil ke karung (galangsi) dengan cara tersebut dapat mengurangi kerusakan pada bibit yang akan ditanam. Selain itu, agar tidak terlalu mengalami stres pada tanaman saat pemindahan ke dalam karung (galangsi). Polybag pembibitan yang sudah terlepas dari bibit juga dapat digunakan kembali untuk kegiatan pembibitan selanjutanya.
Penataan karung (galangsi) pada setiap blok lahan harus dilakukan dengan benar, karena bertujuan untuk mempermudah dalam perawatan tanaman stroberi, pemupukan, pemanenan stroberi dan pemetikan stroberi untuk pengunjung. Dalam setiap karung (galangsi) terdiri dari 3 tanaman dengan jarak tanam pada setiap lubang tanam adalah 20 sentimeter dan dengan pola tanam berbentuk segitiga sama kaki.
Berikut Gambar  Pola penanaman stroberi pada galangsi, simbol X adalah tanaman.

Tanaman stroberi yang terdiri dari tiga tanaman dalam setiap karung (galangsi) bertujuan agar dapat menghemat tempat atau lebih efisien dibandingkan dengan penanaman stroberi dengan dua tanaman dalam setiap karung (galangsi). Selain itu, produksi yang diharapkan juga akan lebih banyak dibanding dengan dua tanaman. Penataan atau penempatan karung (galangsi) dengan pola zig-zag atau karyawan menyebutnya dengan pola tanam untualang (pola tanam zig-zag) juga lebih mudah untuk perawatan tanaman stroberi daripada pola tanam yang hanya berbentuk barisan lurus.
3. Pemeliharaan tanaman Stroberi
Pemeliharaan pada tanaman stroberi dilakukan untuk menjaga tanaman dari hama dan penyakit serta menunjang pertumbuhan tanaman stroberi agar optimal. Pemeliharaan tanaman stroberi ini juga bertujuan untuk memaksimalkan hasil produksi stroberi. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemangkasan (wiwil), penyulaman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman (PHPT).
1. Penyiraman
Air merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman stroberi. Bila tanaman kekurangan air maka akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Pengairan di kebun stroberi menggunakan tekhnik irigasi overhead sprinkle. Penyiraman stroberi dilakukan sesuai dengan kondisi lapang. Pada saat musim kemarau penyiraman dilakukan selama lima belas sampai dengan dua puluh menit dan pada musim penghujan dilakukan selama lima menit.
Kegiatan penyiraman dilakukan setiap pagi hari saat jam kerja karyawan yaitu pukul 06:00 WIB, agar air penyiraman dapat membersihkan embun yang menempel pada tanaman. Karena embun yang menempel dapat merusak tanaman terutama pada bagian daunnya yaitu adanya penyakit embun upas yang berakibat daun berubah menjadi bintik-bintik coklat yang kelamaan akan menjadi berlubang.
Penyiraman pada musim penghujan biasanya juga dilakukan pada saat tanah dalam karung (galangsi) terlihat kering. Sedangkan pada saat musim kemarau peyiraman dilakukan tidak hanya menggunakan sprinkle, tetapi juga dilakukan dengan cara manual yaitu menyiram tanaman dengan menggunakan selang. Karena pada saat musim kemarau sumber air sangat sulit didapatkan, sehingga sprinkle tdak mengalir dengan deras (cepat).
Sprinkle yang digunakan berjenis gravitasi, karena kelebihan penggunaan jenis sprinkle ini lebih efisien, dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, namun penggunaan sprinkle juga memiliki kelemahan yaitu biaya pemasangan sprinkle yang terlalu mahal, banyak air yang terbuang karena tidak tepat sasaran, tidak semua karung (galangsi) mendapatkan volume penyiraman yang merata.

Jenis sprinkle yang digunakan menggunakan sistem permanen pada lahan, yaitu sistem jaringan pipa. Jarak antar sprinkle pada setiap lahan kurang lebih 5 meter, sedangkan tinggi sprinkle berkisar 1 meter sampai dengan 1,5 meter. Sumber air irigasi sprinkle ini berasal dari sumur bor  yang ada dilahan stroberi. Apabila terjadi kemarau panjang dan sumber air dalam sumur mengering, alternatif pengairan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan air sungai.
2. Penyulaman
Kerusakan bibit yang baru ditanam umumnya masih dijumpai akibat berbagai hal diantaranya tanaman yang mengalami stres saat pemindahan ke galangsi, adanya hama dan penyakit ataupun abnormal pertumbuhan. Oleh sebab itu untuk mengembalikan jumlah populasi tanaman perlu dilakukan penyulaman. Penyulaman merupakan kegiatan mengganti bibit yang telah rusak, tercabut saat pewiwilan, mati atau pertumbuhannya kurang bagus.
Kegiatan penyulaman tanaman stroberi dilaksanakan pada pagi hari agar tanaman tidak mengalami penguapan suhu terlalu lama. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Cara penyulaman yaitu adalah dengan mencabut tanaman yang sudah mati atau tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, kemudian bibit yang sudah diseleksi dari pembibitan ditanam pada bekas tanaman yang baru dicabut. Cara penanamannya sama dengan cara menanam tanaman stroberi pada awal tanam.
3. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma ialah kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan agar memperoleh hasil produksi stroberi yang tinggi. Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan lahan dari tanaman pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma pada sekitar tanaman stroberi dapat menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air, sinar matahari, dan unsur hara tanah dalam galangsi.

Penyiangan dilakukan setiap satu bulan sekali dan biasanya dilakukan lebih intensif pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau karena pertumbuhan gulma pada musim hujan lebih cepat dibandingkan pada musim kemarau. Namun penyiangan yang dilakukan di lapangan dengan cara melihat populasi gulma yang tumbuh di sekitar tanaman stroberi.
Jenis Gulma yang sering tumbuh pada sekitar tanaman stroberi yaitu gulma yang berjenis daun sempit (Grasses) seperti jakut pahit (Paspalum conjugatum berg) dan rumput teki (Cyperus rotundus), gulma berdaun lebar (Broad Leaves) seperti putri malu (Mimosa pudica), bayam duri (Amaranthus spinosus), wedusan (Ageratum cobyzoides), krokot (Portulaca oleracea), dan ada gulma berjenis gulma air yaitu semanggi (Marsilea crenata).
Penyiangan gulma dilakukan dengan dua cara yaitu, penyiangan secara manual (dicabut menggunakan tangan) dan penyiangan menggunakan herbisida (round up). Penyiangan manual dilakukan pada setiap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dalam karung (galangsi), karena untuk mencegah tanaman terkena racun herbisida (round up).
Sedangkan penyiangan dengan menggunakan herbisida dilakukan hanya di sekitar jalur perawatan tanaman. Penyemprotan herbisida / Biopestisida dilakukan dengan cara melarutkan 150 mililiter round up dengan air yang dimasukan dalam tangki knapsack sprayer bervolume 15 liter, lalu setelah larutan tercampur merata dengan air aplikasi herbisida dapat dilakukan dengan menyemprotkannya pada gulma yang tumbuh diluar galangsi. Kegiatan penyiangan gulma juga sering dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan (wiwil).

4. Pemangkasan (wiwil)
Kegiatan wiwil yaitu kegiatan merontokkan daun yang sudah tua atau kering dan penjarangan bunga pada tanaman yang ditanam pada glangsi berumur 1-2 bulan.  Hal ini dilakukan agar tanaman stroberi dapat memiliki batang yang kuat sebelum akhirnya dapat menopang  buah. Selain itu, proses wiwil juga dapat mencegah pertumbuhan tanaman yang kerdil karena terlalu cepat berbuah sebelum waktunya.
Ada dua cara melakukan kegiatan wiwil yaitu, wiwil ringan dan wiwil berat. Wiwil ringan adalah kegiatan membuang daun tua dan tangkai bunga. Kegiatan ini dilakukan pada umur tanaman 15 hari setelah tanam dengan membuang bunga dan daun coklat. Dan pada umur satu bulan wiwil dilakukan dengan membuang bunga stroberi kedua yang muncul, karena pada umur satu bulan tanaman stroberi belum waktunya untuk menghasilkan buah atau belum memproduksi buah dengan baik.
Wiwil berat adalah kegiatan membuang daun tua dan kering. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman yang berumur empat sampai dengan enam bulan. Kegiatan ini adalah membuang semua daun tua sampai tanaman stroberi kelihatan bagus, biasanya tanaman hanya tersisa tiga sampai dengan empat daun saja. Selain kegiatan tersebut, kegiatan lain juga melakukan penjarangan buah. Kegitan yang dilakukan yaitu menepikan buah kebagian luar karung (galangsi) sehingga stroberi akan menggantung dan tidak menyentuh tanah yang akan menyebabkan busuk buah, selain itu dapat memudahkan pengunjung memetik buah. Kegiatan ini juga dilakukan untuk membuang buah yang sudah busuk sebelum dipetik agar tidak menyebar pada buah lainnya.


klasifikasi kakao

Kakao adalah Theobroma cacao L. Tanaman kakao adalah tanaman pohon yang berasal dari Negara Pantai Gading, Afrika Selatan. Tanaman ini dibawa oleh para penjajah dari negara tersebut ke Indonesia pada sekitar abad ke 17. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia selain karet dan kakao. Tanaman yang juga dikenal dengan nama cokelat atau kopi coklat ini merupakan bahan baku pembuatan karamel cokelat.

Nama latin kakao (Coklat) adalah Theobroma cacao L.
Klasifikasi Tanaman Kakao
Nama Latin Kakao, Klasifikasi, dan Manfaatnya
Berdasarkan sistem klasifikasi mahluk hidup, tanaman kakao yang bernama latin Theobroma cacao L. ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus: Theobroma
Spesies: T. cacao
Nama Latin
 : Theobroma cacao L.


Sekilas Tentang Budidaya Tanaman Kakao 
Tanaman kakao banyak dibudidayakan oleh para pekebun tanah air. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi tanaman bernama latin Theobroma cacao L ini antara lain sebagian besar Sulawesi, Sumatera, dan Jawa. Usaha budidaya kakao umumnya dilakukan oleh para petani, kendatipun ada beberapa perkebunan swasta yang saat ini mulai mencoba untuk mengusahakannya.

Tanaman kakao memiliki usia produksi hingga 30 tahun. Bagian tanaman yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah bijinya. Biji kakao adalah bahan baku utama dalam proses pembuatan pasta kakao. Indonesia mengekpor biji kakao hasil produksinya ke beberapa negara yang di antaranya adalah Swiss, Amerika, dan beberapa negara lain di kawasan Eropa Timur.

Di antara tanaman perkebunan lainnya, tanaman kakao merupakan tanaman yang paling membutuhkan perawatan yang ekstra. Banyak hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman ini, apalagi jika ia tidak dibudidayakan sesuai dengan syarat tumbuhnya. Beberapa penyakit dan hama penting pada tanaman kakao misalnya busuk buah, VSD, kanker batang, kepik penghisap buah, penggerek buah, dan penggerek batang.

Hingga kini Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke dua di dunia setelah pantai gading. Kendatipun demikian, mutu biji kakao dalam negeri merupakan yang paling buruk di antara biji kakao hasil produksi negara-negara tetangga. Hal ini terjadi karena perawatan dan pengolahan pasca panen yang diterapkan oleh para pembudidaya tidak dilakukan sebagai mana mestinya.

Nah, demikianlah sekilas informasi tentang
 nama latin kakao (cokelat) beserta klasifikasi dan gambaran singkat tentang budidaya tanaman kakao di Indonesia. Semoga ini dapat bermanfaat bagi Anda yang membutuhkan.
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Malvales
Familia            : Sterculiaceae
Genus              : Theobroma
Spesies            : Theobroma cacao L.

Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan (purseglove, 1968), tumbuhnya selalu terlindung pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU (Sunaryo dan Situniorang, 1978). Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).

Morfologi Tanaman Kakao
Batang dan Cabang
Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010),  Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Hall (1932 dalam PPKKI, 2010)
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) (PPKKI, 2010)
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus, 2013)
Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI, 2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).
Bunga
Tanamankakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Anonymus, 2013)
Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah (Anonymus, 2013).


Cara Budidaya Tanaman Kumis Kucing 


            I.        SEJARAH SINGKAT KUMIS KUCING
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yg tegak. Tanaman ini dikenal dgn berbagai istilah seperti: kidney tea plants / java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah & Jawa Timur) & songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia & Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).

            II.        URAIAN TANAMAN KUMIS KUCING
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp.
.2.2 Deskripsi
Tanaman terna yg tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm & lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yg jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat & pangkal berbulu pendek & jarang sedangkan di bagian yg paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dgn ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yg berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga & melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
2.3 Jenis Tanaman
Spesies kumis kucing yg terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O. petiolaris & O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yg ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih & ungu.
           III.        MANFAAT TANAMAN KUMIS KUCING
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yg kering dipakai (simplisia) sebagai obat yg memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India utk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucingsebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin & sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, & penyakit syphilis.
          IV.        SENTRA PENANAMAN KUMIS KUCING
Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
            V.        SYARAT PERTUMBUHAN KUMIS KUCING
Curah hujan yg ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.
Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.
Keadaan suhu udara yg baik utk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.
Tanaman ini dapat dgn mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, utk produksi sebaiknya dipilih tanah yg gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dgn tata air & udara yg baik.
Tanah Andosol & Latosol sangat baik utk budidaya kumis kucing.
Ketinggian Tempat : Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.




Cara Budidaya Tanaman Kumis Kucing
Cara Budidaya Tanaman Kumis Kucing
          VI.        PEDOMAN BUDIDAYA KUMIS KUCING
6.1. Pembibitan
Penyiapan Bibit : Cara yg paling mudah & biasa utk mengembangkan kumis kucing adalah perbanyakan vegetatif dgn stek batang/cabang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yg tumbuhnya normal, subur & sehat.
Pilih batang/cabang yg tidak terlalu tua atau muda & sudah berkayu.
Potong batang dgn pisau tajam/gunting pangkas yg bersih.
Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3.
Buang sebagian daun utk mengurangi penguapan air.
Adapun kebutuhan bibit utk 1 hektar dgn jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha. Teknik Penyemaian Bibit : Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dgn jarak tanam 10x10 cm. Stek yg masih segar langsung ditanam di lahan yg telah diolah sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca & hujan yg turun. Bila perlu persemaian dinaungi dgn naungan plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru, bibit dipindahkan ke kebun produksi..
6.2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan : Tanah diolah 30-40 cm, gulma & tanaman lain dibuang. Setelah diolah, tanah dibiarkan 15 hari.
Pembentukan Bedengan : Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yg kedua yaitu dgn menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah yg pertama hingga mendapatkan struktur tanah yg remah & gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm & jarak antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dgn keperluan & lahan
Pemupukan (sebelum tanam) : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dgn jarak tanam 40 x 60 cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang & tutup lubang tanah. Campur tanah bedengan dgn 15-20 kg/ha pupuk kandang sapi.
6.3. Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman : Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember) kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan kapan saja.
Pembuatan Lubang Tanam : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dgn jarak tanam 40 x 40 cm
Cara Penanaman :
Pilih bibit yg baik dari pembibitan.
Buat lubang kecil di tempat lubang tanam.
Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek.
Padatkan tanah di sekitar bibit.
Sirami sampai cukup basah

Perioda Tanam
 : Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dgn membongkar tanaman tua yg telah mengeras berkayu & tidak produktif lagi atau daunnya jarang & kecil-kecil, kemudian menanam ulang dgn tanaman baru yg masih muda.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam utk tetap menjaga pertanaman pada jarak tanam yg telah ditentukan (40 x 40cm). Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yg mati atau tumbuh tidak normal dgn tanaman baru yg umurnya tidak berbeda jauh, sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama & seragam.
Penyiangan : Gulma disiangi secara kontinyu utk mengurangi persaingan unsur hara. Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan gulma di bawahnya.
Pemupukan :
Pemupukan Organik : Pemupukan secara organic dgn menggunakan pupuk kompos yg merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb: Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yg diberikan pada saat penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman. Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3 minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman & terutama diberikan setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.
Pemupukan Konvensional : Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yg diberikan setiap 3 kali panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal antara baris tanaman & segera ditutup tanah.
Pengairan & Penyiraman : Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah tanaman terlihat kokoh & rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yg penting tanah tidak sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dgn cara disiram atau menggenangi saluran di antara bedengan dgn air.
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.[PEDOMAN BUDIDAYA KUMIS KUCING]
         VII.        HAMA & PENYAKIT KUMIS KUCING
Hama : Selama ini tidak ada hama atau penyakit yg benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yg sering ditemukan adalah kutu daun & ulat daun.
Penyakit : Penyakit yg menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yg berkayu. Pengendalian dilakukan dgn perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yg sakit, pergiliran tanaman & penyemprotan pestisida selektif.
Gulma : Gulma yg banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi & kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, & rumput-rumput lainnya
Pengendalian hama/penyakit secara organic : Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. utk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dgn cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dgn insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
Tembakau (Nicotiana tabacum ) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dgn semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan & semprotan.
Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti.hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida.
Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
        VIII.        PANEN KUMIS KUCING
Ciri & Umur Panen : Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul & tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
Cara Panen : Daun dipanen dgn cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
Periode Panen : Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yg tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yg dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yg tumbuh sebaiknya dirompes utk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yg sehat & terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak dgn pemeliharaan yg intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yg setara dgn 1-2 ton/ha daun kering.
          IX.        PASCAPANEN
Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung & dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen utk mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb:
Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dgn cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian..Pencucian dilakukan dgn air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri / penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dgn 2 cara, yaitu dgn sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dgn sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yg lembab & dari bahan-bahan yg bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50°C - 60°C. Daun yg akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven & alasi dgn kertas Koran & pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun yg dihasilkan.
Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah mengalami pengeringan dgn memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan : Setelah bersih, daun yg kering dikumpulkan dalam wadah yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.

Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30°C, & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.