Thursday, February 16, 2017

sejarah perkembangan hortikultura di Indonesia (Tehnik Budidaya Tanaman Holtikultura)

Nama              : Novita Risti Azahra
NPM/ Kelas   : 1525010234 / D25

Sejarah Perkembangan Hortikultura Di Indonesia
Perubahan gaya hidup dan cara pandang terhadap pangan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang akan berubah.  Kecenderungan karakter konsumen yang akan terjadi pada masa depan dan sudah mulai dapat dirasakan saat ini antara lain adalah tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan komoditas hortikultutra akan meningkat pesat.  Pada masa depan akan semakin banyak orang yang makan di luar rumah, dan semakin banyak makanan instan di rumah.  Keamanan dan mutu pangan akan menjadi isu penting, walaupun mungkin ketahanan pangan masih menjadi isu yang tidak kalah penting.
Pasar modern di Indonesia (hypermarket, supermarket, minimarket) akan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi.  Walaupun jumlah supermarket chain besar berkurang, tetapi yang bertahan makin besar, sehingga keseimbangan kekuatan bergesar dari produsen (petani) ke perusahaan multinasional.  Kondisi ini akan menyebabkan adanya kompetisi antara produk hortikultura domestik dengan produk impor (yang sering kali lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah).  Tuntutan konsumen terhadap produk hortikultura pada masa depan akan semakin meningkat, sehingga mau tidak mau, akan mempengaruhi kecenderungan manajemen produksi tanamanan.  Tuntutan konsumen tersebut antara lain adalah:
1.      Produk hortikultura harus benar-benar aman, bebas dari cemaran, racun, pestisida, & mikroba berbahaya bagi kesehatan.  Aturan mengenai batas maksimum residu (MRL = maximum reside limit) pestisida akan semakin ketat, sehingga akan mempengaruhi pengelolaan dalam perlindungan tanaman.  Produk hortikultura pangan juga harus bebas dari kandungan zat berbahaya, termasuk logam berat dan racun.  Keracunan sianida dari singkong, Hg dari ikan, Pb dari kangkung dan sebagainya tidak akan terjadi lagi.  Produk juga harus bebas dari berbagai cemaran.  Bahan pengawet dan pewarna yang tidak diperuntukkan untuk pangan, seperti formalin, tidak akan digunakan sama sekali.  Kasus pencampuran minyak solar ke CPO seperti yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu tidak akan terjadi lagi.  Cemaran biologi, baik yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun bagi pertanian akan dicegah.  Sanitary and Phytosanitary Measures akan semakin diperketat di karantina.
2.      Produk hortikultura juga dituntut mempunyai nilai gizi tinggi dan mengandung zat berkhasiat untuk kesehatan.  Konsumen menghendaki informasi mengenai kandungan fitokimia yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dalam produk hortikultura.  Karena itu penelitian mengenai manfaat buah dan sayur Indonesia perlu mulai segera dilakukan.  Pengetahuan indigenous mengenai manfaat produk buah dan sayur perlu dibuktikan secara ilmiah dan diketahui apa fitokimia yang terkandung di dalamnya.
3.      Produk hortikultura juga harus mempunyai mutu tinggi, tidak sekedar enak.  Mutu adalah segala hal yang menunjukkan keistimewaan atau derajat keunggulan sesuatu produk.  Mutu atau kualitas juga dapat dipahami sebagai kecocokan suatu produk dengan tujuan dari produksi.  Dengan demikian, mutu merupakan gabungan dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang memberikan nilai kepada setiap komoditas yang terkait dengan maksud penggunaan komoditas tersebut.  Secara singkat mutu termasuk semua hal yang dapat memuaskan pelanggan.  Menurut versi Codex Alimentarius, Standar mutu termasuk masalah tampilan produk seperti keutuhan, keseragaman, kebebasan dari cacat, hama dan penyakit, tingkat kematangan, kesegaran, kebersihan, ketahanan dalam transportasi dan penanganan, dan kemampuan agar mutu produk bertahan tetap baik sampai tujuan.  Kelas, kode ukuran, kemasan dan label juga menjadi hal yang penting dalam mutu produk.  Produsen hortikultura perlu melakukan pembenahan dalam sistem produksinya agar dapat memenuhi kepentingan konsumen.
4.      Produk hortikultura harus diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan mutu lingkungan.  Tuntutan terhadap kelestarian lingkungan akan semakin ketat, padahal pada saat yang sama tekanan populasi terhadap sumberdaya lahan semakin kuat.  Karena itu, peneliti Indonesia perlu mengembangkan teknologi pertanian yang dapat menjamin produksi pangan yang memenuhi tututan konsumen namun tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan, mencegah pencemaran tanah dan air, mencegah erosi dan hal-hal lain yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
5.      Produk hortikultura juga harus diproduksi dengan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja.
6.      Mempunyai Traceability.  Cara produksi hortikultura harus dapat dirunut dari pasar sampai kebun.  Data-data harus transparan dan jujur.  Karena itu, catatan aktivitas di kebun dan rantai pasar harus menjadi perhatian.
7.      Produk hortikultura harus tersedia dalam waktu yang tepat.  Selain persyaratan di atas, produk hortikultura harus tersedia dan tepat waktu.  Untuk produk hortikultura tertentu kontinyuitas penyediaan menjadi faktor yang sangat penting.
8.      Harga jual produk hortikultura harus kompetitif.  Untuk itu efisiensi dalam produksi, dalam delivery harus dilakukan.  Harus dikembangkan supply chain management (SCM) yang berkeadilan dan berorientasi pada nilai produk.
Berdasarkan tuntutan konsumen, terdapat beberapa masalah dan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pertanian hortikultura Indonesia.  Tantangan ini harus dijawab oleh para ilmuwan hortikultura Indonesia.  Tantangan tersebut meliputi:
1.      Bagaimana menghasilkan produk hortikultura dengan harga yang wajar bagi populasi yang terus bertambah.
2.      Bagaimana meningkatkan hasil per satuan luas (produktivitas); karena perluasan areal sudah semakin sulit.
3.      Bagaimana menghasilkan lebih banyak produk hortikultura dengan menggunakan air lebih sedikit.
4.      Bagaimana menghasilkan produk hortikultura yang lebih aman, bermutu dan bernilai bagi konsumen.
5.      Bagaimana menghasilkan produk hortikultura tanpa menurunkan potensi sumberdaya lahan dan lingkungan.
6.      Bagaimana cara menjamin ketersediaan yang kontinyu produk hortikultura yang secara alami bersifat musiman.
7.      Bagaimana menghasilkan produk hortikultura yang mensejahterakan petani.
Bagaimana meningkatkan daya saing global hortikultura Indonesia.  Seperti diuraikan di atas, daya saing produk hortikultura akan ditentukan oleh kuantitas, kualitas, keamanan, kontinyuitas pasokan, ketepatan delivery, kompetitif dalam harga, dan adanya traceability.

Kehadiran buah-buahan di dalam menu sehari-hari bangsa kita sudah dikenal sejak zaman dahulu. Pada awalnya, buah-buahan seperti durian, duku, langsat, manggis, dan sebagainya, tumbuh liar tanpa banyak campur tanga manusia. Demikian pula halnya dengan berbagai jenis pohon-pohonan, baik yang berfungsi sebagai peneduh (sawo kecik, ketapang, dadap, waru), penghasil sayuran (melinjo, keluwih, nangka), ataupun penghasil buah (rambutan, kelengkeng, jeruk).Dengan masuk dan menetapnya orang-orang Eropa ke Indonesia, maka dikembangkanlah sayuran dataran tinggi, seperti tomat, kentang, kubis, wortel, dan lain-lain; serta juga bunga-bunga khas Eropa, seperti mawar, glidol, anyelir, dan garbera. Pengembangan tanaman tersebut terdapat di indonesia terutama di Bandung (Pengalengan dan Lembang), Wonosoba (Dieng), Yogyakarta (Kaliurang), semarang (Bandungan dan Kopeng), Malang (Punten dan Pujon), Tengger (Nangkajajar, Tosari dan Ngadisari) Sulawesi Selatan (Malino), Bali (Budugul), dan Karo (Brastagi).
Sementara itu, dalam hal buah-buahan tidak banyak buah-buah daerah subtropis yang masuk ke indonesia, kecuali kesemek.  Dengan peningkatan perdagangan di zaman kolonial, sejumlah buah-buahan telah diekspor, misalnya pisang Banyuwangi di ekspor ke Australia. Pada masa itu, para ahli bangsa Belanda sudah mulai mempelajari syarat-syarat ekologi tanaman buah-buahan Indonesia. Setelah masa perang, kebanyakan para ahli tersebut keluar dari Indonesia dan mengembangkan pengetahuan mereka di Florida hingga ke California. Sementara ilmu hortikultura, terutama buah-buahan, di indonesia tidak bertambah.
Setelah kemerdekaan, pola pengembangan tanaman hortikultura masih melajutkan cara Belanda dan tidak banyak kemajuan yang dicapai. Sementara itu, kenaikan pendapatanper kapita masyarakat akibat “boom” minyak membuat konsumsi sayuran dan buah-buahan cukup tinggi. Hal ini beerdampak pada meningkatnya impor buah-buahan seperti apel, jeruk orange, dan anggur. Namun, pada saat yang bersamaan pembinaan dan pengembangan pertaniandi indonesia sedang difokuskan pada swasembada pangan, khususnya beras, sehingga perhatian untuk pengembangan hortikultura sangat kecil. Di samping itu, sejak tahun1960 banyak areal pertanaman jeruk terserang penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Sampai dengan tahun 1981 diperkirakan 10 juta pohon jeruk terserang penyakit ini dengan kehilanganproduksi sekitar 10.000 ton buah segar per tahun. Daerah yang mendapat serangaan berat adalah Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Laampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Setelah tercapainya swasembada pangan dan kurangnya perhatian akan pengembangan hortikultura mulai disadari, muncullah kebijaksanaan pemerintahuntuk membatasi impor buah-buahan pada tahun 1981. Hal ini berbarengan dengan meningkatnya apresiasi terhadap buah –buahan tropis (mangga, manggis, avokad, nanas, dan rambutan) di Eropadan di negara-negara maju. Pada waktu yang bersamaan pula di dalam negeri sedang dilanda demam jaambu Bangkok, pepaya bangkok, durian bangkok, dan buah-buahan  Lain yang serba “bangkok”. Dengan demikian, dimulailah agribisnis di bidang buah-buahan untuk tujuan ekspor, misalnya dalam bentuk jus (mangga, markisa, jambu biji), buah segar (manggis, rambitan), dan buah kalengan (nenas).
Berkembangnya pariwisata, perhotelan, dan restoran-restoran cepat saji (fast food) gaya Amerika, Jepang, dan Korea serta bermunculannya supermarket (pasar swalayan) menyebabkan sayur-sayuran tertentu yang dulunya belum penting (misalnya jagung manis, brokoli, timun jepang, selada, jamur) mendapatkan pasaran yang cukup baik. Konsumsi sayuran tidak lagi tergantung pada menu Cina dan Eropa yang selama  ini dikenal, namun dengan berkembangnya sayur asem dan lalap-lalapan di restoraan-restoran dan tempat-tempat pesta yag berdampak pada meningkatnya permintaan aka produk sayuran seperti labu siem dan daun-daunan. Seiring dengan itu, berkembanglah usaha sayuran berpola agribisnis dengan teknologi canggih seperti budidaya hidroponik (misalnya tomat, kangkung, bayam) serta pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman (misalnya kentang). Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dilakukan intensifikasi dan diversifikasi pekarangan, terutama dengan jenis-jenis sayuran yang bernilai gizi tinggi (misalnya bayam, kangkung, katuk).
Daftar pustaka

makalah: klasifikasi kelengkeng

PENDAHULUAN




Latar Belakang


            Tanaman lengkeng berasal dari Sri lanka, India, Birma dan Cina. Jenis-jenis kelenkeng liar banyak ditemukan di Kalimantan Timur degan nama buku, ihaw, medaru, kakus atau mata kucing. Tanaman ini mirip dengan leci yang tumbuh di dataran tinggi. Di Indonesia, kelengkeng terdapat di Temanggung, Magelang, sedangakn leci di terdapat di Bali.
Lengkeng (Nephelium longanum) termasuk famili Sapidaceaae. Lengkeng berasal dari negeri Cina (daerah Subtropis), agak menyimpang dari familinya sendiri, yaitu rambutan, kapulasan dan leci. Pohonnya dapat menjadi besar dan bercabang banyak, daunnya rimbun, dan masih berproduksi di atas 100 tahun.
Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan. Lengkeng yang baik biasanya menghasilkan buah yang baik setelah berumur 6-8 tahun. Pada saat panen ketika pohon telah berumur 10 tahun, produksi buah tidak kurang dari 50kg/pohon.
Keterbatasan lahan tak mesti mengekang hobi pertanian. Sebagian pehobi coba kutak-kutik. Mereka tetap melakukan hobi berkebun walau ruang yang tersedia tak cukup luas. Jangan sebut kata luas, tapi pas-pasan. Lewat sebuah kebetulan, muncul alternatif baru untuk menjawab kelangkaan lahan tadi. Dari situ, pilihan tempat untuk menanam tak lagi terbatas di lahan terbuka, macam pekarangan atau kebun, namun sudah merambah pada media pot. Inilah yang disebut tanaman buah dalam pot atau yang di kalangan pehobi disebut ”tanbulampot”.
Idealnya, pembungaan dan pembuahan tabulampot berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Pembungaan paling lebat terjadi pada musim penghujan. Namun, terkadang macet. Untuk merangsang pembuahan, silakan simak beberapa tips berikut:
1. Sekitar 3 bulan sebelum musim hujan, beri pupuk NPK (15-20-20), dilanjutkan dengan teknik pengeringan berselang-seling. Contohnya, selama seminggu tidak disiram sama sekali (asal jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit selama 3 hari, dan keringkan lagi. Lakukan teknik pengeringan berulang-ulang hingga muncul tunas-tunas baru untuk pembungaan.
2. Ikat pangkal batang tabulampot lengkeng dengan kawat. Tujuannya untuk membatasi transportasi air dan unsur hara dari dalam tanah yang berlebihan.
3. Jangan ragu menambahkan zat pengatur tumbuh, misalnya Dekamon atau Atonik.
4. Potong akar dengan menyisakan 3 cabang akar.
Pada dasarnya terdapat jenis-jenis Lengkeng Dataran Rendah antara lain :


1. Lengkeng Diamon River
2. Lengkeng Pingpong
3. Lengkeng Puang rai
4. Lengkeng Kristal
5. Lengkeng Aroma Durian
              Lengkeng-lengkeng tersebut berasal dari indukan yang sudah berbuah, sehingga bibit akan berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.
Koleksi yang sedang dipersiapkan untuk diperbanyak
1. Lengkeng Jenderal
2. Lengkeng Aroma Durian Putih




TINJAUAN PUSTAKA



Botani Tanaman

Tanaman lengkeng diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Sapindales
Famili              : Sapindaceae
Genus              : Nephelium
Spesies            : Nephelium longanum L.

Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya, dan tetap langgeng akar lateralnya memencar sampai di batas proyeksi tajuknya, dengan akar-akar penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai fungsi menyerap air maupun zat makanan.Pada akar ini mempunyai jaringan pengangkut berupa floem dan xylem. Untuk floem terbagi menjadi 2 macam yakni floem primer dan floem sekunder, masing-masing floem primer mengandung kanal tunggal. Pada floem sekunder kanal ini berukuran lebih kecil.
Lengkeng merupakan tanaman keras mempunyai batang dan kayu yang kuat, sistem perakaran sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.
Daun lengkeng termasuk daun majemuk tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang helai daun. Bentuknya bulat panjang, ujungnya agak runcing tidak berbulu, tepinya rata dan permukaan nya mempunyai lapisan lilin. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah.
Yang harus kita perhatikan adalah bahwa tanaman lengkeng dilihat dari bunganya terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
-Lengkeng jantan (hanya menghasilkan bunga jantan).
-Lengkeng betina (hanya menghasilkan bunga betina)
-Lengkeng jantan dan betina (dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan       betina).
-Lengkeng hermaprodit (dalam satu bunga terdapat putik/betina dan serbuk sari/jantan).
Biji besar kecil agak besar .Warna kulit buah matang agak gelap cerah agak cerah, daging buah tipis tebal kurang tebal. Sifat daging buah lengket ngelotok ngelotok. Rasa kurang manis manis segar manis. Aroma langu agak harum kurang harum.
Buah lengkeng berbentuk malai yang terletak di ujung rantingnya, warna kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya sangat jelas bila memakai alat pembesar.

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng  kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain. Suhu harian di sentra penghasil lengkeng minimun antara 15-25° C dan maksimun antara 25-35° C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27°C.
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (basah), tipe iklim C (agak basah) dan tipe iklim D (sedang). Penentuan tipe iklim tersebut didasarkan pada rumus dikemukakan oleh Schmidt Fergusson, yakni perbandingan rata – rata jumlah bulan kering dengan rata- rata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering.
 Tinggi tanaman dapat mencapai 40 m. Lebih cocok ditanam di dataran rendah (300-900 m dpl), tipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari 4 bulan. Suhu malam dingin selama musim kemarau (15° - 20° C) mendorong tanaman berbunga. Ada tanaman yang berbunga sempurna maupun hanya berbunga betina atau jantan saja. Tanaman kelengkeng berbunga setahun sekali, biasanya pada bulan Agustus-Oktober dan buah dapat dipanen 4 bulan setelah bunga mekar. Buah kelengkeng berbentuk bulat besar, kulit hijau kasar ketika masih muda dan kuning kecoklatan setelah tua serta tidak berbulu. Daging buah bening berair, dengan rasa manis dan aroma yang khas. RH tanaman lengkeng adalah 60-80 %.
Tanah
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH 5,5 sampai 6,5. Tanah bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari lempung atau tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah andosol, vertisol, latosol atau laterit dan sebagainya.
Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air.
Di Indonesia tanaman lengkeng dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.



BUDIDAYA TANAMAN LENGKENG (Nephelium longanum L)



Perbanyakan Tanaman


 Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun). Selain itu, bibit dari biji sering tumbuh menjadi lengkeng jantan yang tidak mampu berbuah. Bibit okulasi/cangkokan mulai berbuah pada umur empat tahun.
Pengolahan media Tanam

            Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu,  tanah tanaman lengkeng sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
            Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu.

Teknik Penanaman

Budi daya tanaman Lengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg. Pupuk buatan yang diberikan sebanyak l00-300 g urea, 300-800 g TSP (400- 1000 kg SP-36), dan l00-300 g KCl untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dalam selang tiga bulan. Setelah panen buah, pemberian pupuk cukup sekali sebanyak 300 g urea, 800 g TSP, dan 300 g KCl per pohon.
Pegolahan media tanam. Pada dasarnya sama dengan yang diterapkan pada skala rumah tangga. Hanya di sini, penggunaan pupuk kandang dapat perhatian lebih, dimana di tahap awal penanaman pemberian pupuk kandang penting untuk diterapkan di media tanam. Kandungan unsur yang terurai dalam hara, berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Selebihnya media pasir, tanah liat, dan sekam bisa dikombinasikan. Pengaturan lahan. Tersusun dengan sistem bedengan, dimana jarak antar bedengan diberi sela 4 meter. Sedangkan jarak tanam dalam setiap bedengan di beri jarak 3 meter.
Pemeliharaan Tanaman
            Penyiraman bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
            Penggemburan diusahakan media tanam tidak memadat. Pemadatan media biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Setelah itu, lakukan penggemburan dengan menggunakan sekop kecil. Hati-hati, jangan sampai merusak akarnya.
Meski media tanam menggunakan pupuk kandang, pupuk organik masih diperlukan. Sampai umur 2 tahun, setiap 4 bulan, tambahkan NPK (15:15:15) sebanyak 25 gram per tanaman. Sejak umur 3 tahun dan seterusnya, setiap tanaman diberi 100 gram NPK (15:15:15). Caranya, benamkan pupuk NPK sedalam 10 cm, lalu siram hingga cukup basah.
Pemangkasan adalah pemotongan atau pengurangan sebagian dari cabang dan ranting. Pemangkasan cabang dan ranting ini bertujuan: (1) Untuk memperbanyak cabang/ranting, karena hilangnya dominasi titik tumbuh apikal; (2) Untuk memperpendek pohon, supaya mudah pemanenannya (dwarfing), (3) Untuk mempermuda tnaman yang telah tua; (4) Untuk mengatur keseimbangan karbohidrat dan nitrat pada tanaman agar dapat berbuah. Pemangkasan dapat dilakukan sambil memetik buah lengkeng dengan menggunakan gunting stek. Pada tanaman lengkeng yang buahnya sedikit harus selalu dilakukan pemangkasan, sebab dengan dilekukan pem,angkasan lengkeng akan cepat berbuah. Hal ini didasarkan pada perbandingan banyaknya karbohidrat dalam daun dengan banyaknya protein dan nitrat yang dapat larut dalam tanaman. Jika karbohidratnya rendah dan kadarnya tinggi, tanaman secara vegetatif akan tumbuh terus denga subur tetapi tanpa berbuah. Jika karbohidratnya tinggi dan kadar nitratnya rendah, tanaman akan tumbuh kerdil dan buahnya sedikit. Tetapi jika karbohidratnya sedang dan kadar nitratnya tinggi, tanaman lekeng akan tumbuh sedang dan dapat berbuah lebat. Jika karbohidratnya rendah dan kadar nitratnya tinggi biasanya daun-daunnya tumbuh lebat tetapi tidak dapat berbunga dan berbuah. Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya. Dengan demikian tanaman lengkeng dapat berbunga lebat dan berbuah banyak.
Pemotongan akar, pengeratan batang dan mengurangi daun
Beberapa cara yang dilakukan petani klengkeng di Jabung dan Tumpang untuk merangsang pembungaan tanaman yang tidak berbunga, adalah: (1) Pemotongan akar, untuk mengurangi penyerapan larutan makanan terutama N dari dalam tanah; (2) Pengeratan (ringing) pada batang-batangnya, untuk menghambat pengangkutan (translokasi) karbohidrat; dan (3) Pemangkasan daun-daunnya agar tidak terjadi penimbunan karbohidrat.
Hama dan Penyakit
1..Hama
a.         Trusuk. Serangga ini ukurannya sebesar semut hitam, warnanya coklat dan bersayap. Hama ini menyerang bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang banyak pula. Lengkeng yang terserang hama trusuk menunjukkan perubahan pada warna daunnya, yakni semula berwarna hijau menjadi kunig dan akhirnya rantok. Dengan rontoknya daun-daun tersebut, cabang-cabang menjadi kering dan mengakibatkan kematian. Pengendalian hama trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang yang telah terserang oleh hama tersebut. Namun akan lebih baik kalua dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang, yakni dengan melakukan penyemprotan insektisida pada batang-batang tanaman lengkeng yang sehat, terutama batang pokoknya.
b.         Kelelawar. Kelelawar juga termasuk hama yang sangat merugikan petani, makan buah-buah masak dan merontokkan buah-buah muda. Untuk mengatasi gangguan kelelawar, buah lengkeng pada malainya harus diberongsong dengan anyaman bambu atau tepes kelapa.
2.Penyakit
      Salah satu penyakit yang sering mengganggu tanaman lengkeng adalah Jamur. Penyakit ini pada umumnya menyerang batang pohon lengkeng, terutama batang pokoknya. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada batang yang terserang.
Panen dan Pascapanen Lengkeng
            Lengkeng termasuk buah non-klimakterik , dimana setelah dipanen respirasi dan produksi etilen buah mengalami penurunan dan tidak mengalami proses pematangan jika buah telah dipanen. Pada buah non-klimakterik, saat panen perlu diperhatikan agar kualitas buah yang diperoleh optimal. Kandungan total padatan terlarut, total gula dan vitamin C buah mengalami peningkatan selama proses pemasakan buah. Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna kulit, kandungan TPT, total asam, rasio TPT:TA, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Diantara beberapa faktor tersebut penentuan saat panen buah berdasarkan warna kulit buah, rasa buah dan umur buah adalah yang umum dilakukan. TPT dapat juga diukur dengan cara menggunakan Handrefractometer (manual atau digital). Angka (% atau brix) yang ditunjukkan menunjukkan jumlah kasar padatan terlarut dalam jus buah, termasuk karbohidrat dan gula.
                                      Tabel Penentuan saat panen buah
No
Indikator
Varietas Lokal
Varietas Introduksi
1
Warna kulit buah
Coklat-coklat tua
Kuning kecoklatan-coklat cerah
2
Rasa buah
Manis (brix minimal 14)
Manis (brix minimal 18)
3
Umur buah
6 bulan
4-6 bulan (tergantung varietas)
Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau bambu. Semua buah dalam satu pohon sebaiknya dipanen secara bersamaan kecuali jika tingkat kematangan antar tandan buah berbeda jauh. Buah yang telah dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan jika memungkinkan segera dibawa ke bangsal pengepakan.
Musim panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300–600 kg per pohon. Lengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.
KESIMPULAN



  1. Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan
  2. Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng  kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain
  3. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun).
  4. Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya
  5. Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari.


DAFTAR PUSTAKA



HTTP://BALITJESTRO.LITBANG.DEPTAN.GO.ID .2010. PEMANENAN BUAH LENGKENG. DIAKSES TANGGAL 7 MEI 2010.

HTTP://CATATAN PASARTANI. 2008. BUDI DAYA KELENGKENG PINGPONG ANTARA HOBI DAN PELUANG USAHA. DIAKSES TANGGAL 7 MEI 2010.





http://tabulampot.wordpress.com.2006. Lebih-asyik-dengan-tabulampot..Diakses tanggal 9 Maret 2010
Najiyati, S dan Danarti. 1999. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Sawadaya, Jakarta

Nuswamaehaeni,S.,D. Prihatini dan E.P.Pohan. 1999. mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya, jakarta

Sunanto, H. 1990. Budidaya Lengkeng dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta

Untung, O. 2004. Agar Tanaman Berbuah di Luar Musim. Penebar Swadaya, Jakarta


Wednesday, February 15, 2017

makalah kewirausahaan: keripik gadung (ngawi)

Makalah Kewirausahaan
“Keripik Gadung”


Oleh :
Novita Risti Azahra (1525010234)





FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dewasa ini untuk mencari pekerjaan tidak mudah karena selain ketrampilan tetapi juga membutuhkan pendidikan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tetapi tidak begitu mudah untuk mencapai itu pendidikan tinggi juga tidak menjamin kita kan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Hal ini mengakibatkan jumlah pengangguran semakin meningkat dari tahun ketahun. Dilihat dari segi ekonomi individual tentu saja masalah pengangguran. Karena pengangguran sangat merugikan karena manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.
Oleh karena itu sebagai calon Sarjana Pertanian kita harus mampu berfikir kreatif dan inovatif mampu membaca peluang serta pandai memanfaatkan peluang tersebut dengan baik dan tepat. Sebagai contohnya keripik gadung, meskipun Umbi Gadung ini berbahaya apabila tidak mengetahui cara pengolahan nya, ada banyak manfaat dan kegunaan nya untuk pengobatan beberapa penyakit antara lain:


§  Keputihan.
§  Kencing manis.
§  Kusta.
§  Mulas.
§  Nyeri empedu.
§  Nyeri haid.
§  Radang kandung empedu.
§  Rematik (nyeri persendian).
§  Kapalan (obat luar).


Gadung mempunya khasiat sebagai senyawa : antispasmodic, Anti-kelelahan, Anti-inflamasi, Chologogue, estrogenik, Hypocholesterolemic.
Jadi, salah satu solusinya yaitu dengan melakukan wirausaha. Wirausaha adalah salah satu usaha untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran. Selain menguntungkan bagi diri kita sendiri juga bisa menguntungkan bagi masyarakat sekitar jika kita membutuhkan para pekerja untuk membantu usaha kita. Dari situ kita sudah bisa membuat lapangan pekerjaan bagi orang lain dan bisa mengurangi jumlah pengangguran yang ada. 

B.     Identitas Masalah
Keripik gadung adalah makanan yang terbuat dari umbi gadung yang diiris tipis kemudian dijemur sampai kering dan selanjutnya digoreng. Sebelum dilakukan penggorengan pada tahap pembersihan racun ada beberapa perlakuan khusus terhadap gadung sebelum diiris dan setelah diiris untuk menghilangkan kadar racun dalam umbi gadung tersebut, setelah diiris tipis ada yang melumuri dengan abu kayu untuk kemudian dijemur, setelah itu dicuci bersih dengan air mengalir dan selanjutnya dijemur sampai kering sebelum digoreng.  Biasanya rasa keripik gadung adalah asin dengan aroma bawang yang gurih. Makanan ini termasuk jarang ditemui, karena pengolahan umbi gadung menjadi keripik cukup sulit dengan adanya racun yang terdapat dalam umbi tersebut. 
C.    Faktor Pendukung dan Penghambat
Adapun faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat usaha ini adalah sebagai berikut :
Faktor Pendukung
·         Peluang cukup besar untuk dikembangkan
·         Memberikan pendapatan/keuntungan yang cukup besar
·         Permintaan kerupuk gadung meningkat setiap bulan
·         Pembuatannya tidak sulit hanya butuh kehati-hatian
·         Tidak memerlukan modal yang cukup banyak
·         Peluang pasar yang besar untuk pemasaran
·         Jarang orang mendirikan usaha kerupuk gadung
Faktor Penghambat
·         Pengolahan yang kurang hati-hati bisa membuat keracunan bagi yang mengkonsumsi
·         Memerlukan keahlian dan keuletan yang lebih mengenai membuat keripik gadung
·         Cukup sulit mendapatkan gadung karena tidak semua tempat ada kadang-kadang sampai mencari di kota lain
Prospek usaha membuat keripik gadung di Ngawi masih banyak peluang yang cukup besar, dilihat dari tingkat pemanfaatan hasil dari penjualan kripik gadung. Walaupun memang sulit didapatkan bahan baku gadung tetapi kami bisa mendapatkannya dengan memesan diluar kota. Karena untuk mendapatkan bahan bakunya saja sulit sehingga harga kripik gadung tersebut lumayan besar tetapi masih bisa terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Selain itu pengolahan yang benar dan tepat sangat menentukan mendapatkan tujuan yang diharapkan.
D.    Batasan Masalah
Pada kenyataan banyak peluang untuk mendirikan usaha namun saya memilih usaha membuat keripik gadung karena usaha ini selain memiliki peluang pasar yang besar usaha ini tidak membutuhkan modal yang besar, walaupun banyak tenaga kerja tetapi hasil yang didapat sebanding dengan apa yang telah dikerjakan hal ini kita bisa membuat lapangan pekerjaan masyarakat sekitar kita dan mengurangi jumlah pengangguran. Karena hal-hal inilah, saya sebagai pemula dalam usaha diharapkan dapat menjalankan usaha ini dengan sukses.
E.     Tujuan
Tujuan dari usaha membuat keripik gadung ini adalah :
  1. Mengasah kreativitas dengan memanfaat kan peluang yang ada di sektar kita
  2. Melatih mental agar siap bersaing di MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) yang kini tengah berlangsung
  3. Dapat melakukan usaha keripik gadung dengan baik dan memberikan manfaat yang besar
  4. Dapat belajar memasarkan keripik gadung dengan baik
  5. Dapat menyediakan lapangan pekerjaan masyarakat sekitar
  6. Menambah pengalaman.
 F.     Prediksi Usaha ke depan
Prediksi usaha ke depan dalam pembuatan keripik gadung adalah keripik gadung bisa dikenal banyak masyarakat dan penjualan bisa mencapai keberbagai kota yang ada di Indonesia. Selain itu bisa menjadi sebuah oleh-oleh yang khas berasal dari Kota Ngawi Ramah.

 
BAB II
ANALISIS SWOT

Sebelum melaksanakan usaha baru kita perlu mengetahui hal-hal/ aspek-aspek kekuatan (strenght), kelemahan (weaness), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threath). Dengan melakukan hal-hal tersebut diharapkan usaha akan berjalan dengan lancar dan sukses berikut adalah beberapa masing-msing dari aspek di atas :
1)      Strenght
·         Pembuatan kripik gadung tidak begitu sulit tapi butuh kehati-hatian
·         Resiko merugi/ kegagalan kecil dengan modal yang cukup kecil
·         Usaha ini mudah dilakukan dan bisa membuat lapangan pekerjaan bagi orang lain
·         Usaha ini jarang digeluti
2)      Weakness
·         Bila bahan baku pada daerah sendiri sudah habis bisa memesan diluar kota dengan harga yang tidak begitu mahal
·         Pembuatannya harus penuh kehati-hatian karena jika salah mengolah bisa berbahaya bagi yang mengkonsumsi
3)      Opportunities
·         Prospek/peluang cukup besar untuk dikembangkan
·         Permintaan pasar tiap tahunnya meningkat
·         Memberikan keuntungan yang cukup besar
·         Memiliki banyak peminat
4)      Threath
·         Banyak jenis usaha yang sama sebagai pesaing
·         Persaingan dalam pemasaran yang semakin ketat
·         Harus benar benar di  awasi pengolahannya karena sekali masyarakat kecewa akan sulit memperbaikinya.

Analisis prediksi usaha kedepan
Karena usaha membuat keripik gadung itu jarang diminati oleh para warga atau sebagian masyarakat. Hal ini disebabkan karena tumbuhan gadung jarang ditemukan dan jarang yang bisa mengolah gadung dengan baik dan tepat karena untuk membuat keripik gadung membutuhkan tenaga-tenaga ahli untuk mengolahnya. Yang mana gadung itu adalah sejenis umbi yang beracun jika langsung dikonsumsi jika tidak diolah dengan baik dan benar, maka dari itu dibutuhkan kehati-hatian dalam mengolah supaya menhasilkan kripik gadung yang renyah, gurih dan lezat serta tidak beracun jika dikonsumsi.
Oleh karena itu kesempatan untuk mengolah keripik gadung lebih banyak mengambil keuntungan, karena tidak semua orang bisa mengolah secara baik dan benar. Selain itu pesaingnya juga tidak terlalu banyak. Sedangkan di pasar indonesia sendiri industri kripik gadung masih sangat langka.




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Sarana dan prasarana
Lokasi tempat usaha pembuatan kripik gadung ada di rumah karena kami lebih banyak mengandalkan abu kayu untuk mengolah gadung sehingga tidak ada limbah atau air dari pengolahan gadung yang akan membahayakan masyarakat maupun hewan dan organisme lainnya. 
B.     Ketersediaan SDM
Usaha ini juga termasuk usaha keluarga karena yang bekerja adalah keluarga sendiri dan bisa mengambil tetangga atau warga disekitar untuk membantu pembuatan keripik gadung.
C.    Sistem Manajemen Usaha
Sistem manajemen diatur berdasarkan aturan kerja sesuai peraturan daerah tersebut agar adil dalam pembagian hasil usaha juga sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama.
D.    Sistem Pelaksanaan Usaha
Setelah melakukan langkah-langkah konsep memilih jenis usaha, dapat dimulai dengan kalkulasi anggaran sebagai berikut :
1.  Pengeluaran
         I.          Modal tetap meliputi :
a.      Pembuatan idik (tempat menjemur gadung)15 idik, @2.000        Rp.  37.000
b.      Gadung mentah 1 kwintal, 1 Kg Rp. 2000                                    Rp. 200.000
c.       Gentong plastik 3 buah                                                                  Rp.   90.000
d.      Abu dapur 1 karung Rp. 5000                                                        Rp.     5.000
e.       Garam 1 Kg, 1 kg Rp. 5000                                                           Rp.     5.000
Jumlah                                                                                                           Rp. 337.000
           II.          Modal Tidak tetap, meliputi :
a.       Pembelian benih gadung                                                              Rp.     5.000
b.      Pembelian tumbu untuk menimbun                                             Rp.   50.000
Jumlah                                                                                                           Rp.   55.000

Modal Tetap                                                                                      Rp. 337.000
Modal Tidak Tetap                                                                           Rp.    55.000
Total                                                                                                               Rp. 392.000
Total pengeluaran                                                                                         Rp. 392.000
1.      Pemasukan
catatan : harga 1 Kg kripik gadung Rp. 25.000
hasil setiap 1 kwintal adalah 25 Kg kripik gadung.
Sehingga 25 x Rp. 25.000 = Rp. 625.000
Jadi total pendapatan = Rp. 625.000
2.      Keuntungan
keuntungan bersih setiap 1 kwintal adalah
total pendapatan – modal tidak tetap = Rp. 625.000 – Rp. 55.000 = Rp.570.000
Pembuatan keripik gadung memiliki prospek yang cukup cerah pada masa sekarang ini, dilihat dari banyaknya peminat konsumen untuk menikmati kripik gadung karena tidak semua daerah mempunyai atau mengenal kripik gadung.
Peluang dalam membuat keripik gadung juga sangat menggiurkan, akan tetapi di dalam berusaha kita harus tetap mengantisipasi persoalan-persoalan yang muncul dalam pembuatan dan pemasaran. Melihat persaingan penjualan kripik-kripik selain gadung juga banyak kita harus mempunyai trik tersendiri supaya kita bisa mengantisipasi persoalan-persoalan yang akan timbul, perlu adanya pengolahan dan beraneka ragam rasa sebagai bumbu keripik gadung supaya tidak kalah saiangan dengan kripik-kripik yang lain.
E.     Teknik Pemasaran
Teknik pemasaran pada kripik gadung adalah dijual pada setiap toko atau menerima pesanan. Karena sebagai promosi sebagai modal awal diadakan diskon atau gratisan. Kripik gadung dijual atau dipasarkan dengan membuka toko sendiri atau bisa di kirim ke luar kota sesuai pesanan pelanggan serta bisa dijual di toko-toko yang berminat untuk menjualnya.