Tuesday, September 12, 2017

untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomorfologi dan Klasifikasi Tanah

Nama : Novita Risti Azahra
Npm/Kelas : 1525010234/D25

Artikel Tentang Satuan Geomorfologi


Geomorfologi adalah studi ilmiah tentang asal-usul dan evolusi topografi dan batimetri  fitur yang diciptakan oleh fisik, kimia atau proses biologis yang beroperasi pada atau di dekat permukaan bumi. Ahli geomorfologi berusaha memahami mengapa lanskap terlihat seperti yang mereka lakukan, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam dan untuk memprediksi perubahan melalui kombinasi pengamatan lapangan, eksperimen fisik dan pemodelan numerik.
Sehingga geomorfologi itu ibaratkan wajah permukaan bumi seperti adanya gunung, sungai, lembah, laut, hutan, gurun. Semua bentang alam ini berasal dari pergerakan lempeng-lempeng dari dasar bumi atau disebut juga lempeng tektonik. Pergeseran-pergeseran lempeng tersebut bisa menyebabkan tumbukan antar lempeng juga bisa menyebabkan patahnya permukaan bumi. Hasil dari tumbukan nya lempeng-lempeng dasar bumi bisa berupa lipatan bisa juga menjadikan gugusan permukaan gunung seperti pegunungan himalaya. Patahannya juga bisa menyebabkan gempa bumi. Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah seperti berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajik an informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan di bawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.
Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta modern. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik  persilangan antara garisan lintang dan bujur.
Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala seperti ini dapat menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.
Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala seperti ini dapat menunjukkan sebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi. Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk  memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk  menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis kontur. Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi dari permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih mudah dilakukan. Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.


Faktor pembentuk muka bumi

1.    Tenaga endogen
Tenaga Endogen itu tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga ini bisa  memberikan berbagai bentuk relief kulit bumi dan bersifat membangun. Tenaga endogen dapat dibedakan menjadi tiga bagian.
a.    Tektogenetik
Tenaga ini berasal dari permukaan bumi yang menyebabkan perubahan letak kedudukan lapisan kulit bumi. Tektogenetik Berdasarkan kecepatan gerak lurus dan luas daerahnya, dibagi menjadi :
a). Gerakan epirogenetik : gerakan yang mengakibatkan turun naiknya lapisan kulit bumi. Gerakan ini relatif lambat dan berlangsung agak lama di suatu daerah yang luas. Contohnya pembentukan kontinen atau benua.
b. Gerak orogenetik : gerakan atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relative lebih cepat daripada gerakan epirogenetik seperti daerah yang sempit. Gerak orogenetik menyebabkan tekanan horizontal atau vertikal pada kulit bumi sehingga terjadilah peristiwa dislokasi, baik dalam bentuk lipatan maupun patahan.

2.    Gunung api (vulkanisme)
Vulkanisme itu terjadi karena naiknya magma cair ke permukaan bumi karena retaknya permukaan bumi sehingga jadilah gunung . magma yang keluar disebut lava.^_^

3.    Gempa bumi (seisme)
Gempa bumi terjadi karena batuan kulit bumi yang bergeser dan akan berhenti sampai seimbang kembali. Penyebab bergesernya batuan bumi yaitu peristiwa vulkanisme, tektonisme, dan tanah runtuh. Gempa di bedakan menjadi tiga macam :
a.    Gempa vulkanis
Gempa yang terjadi akibat meletusnya gunung api. Jika gunungnya meletus maka timbullah tekanan gas dari dalam. Tekanan ini yang kita sebut sebagai gempa bumi. Gempa vulkanis hanya terdapat di daerah gunung api yang akan, sedang, atau sesudah meletus. Bahaya gempa ini relatif kecil, tetapi sangat terasa di sekitarnya.
b.    Gempa tektonik
Gempa tektonik disebabkan gerak tektonik yang merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang seringkali mengalami gempa tektonik adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu rangkaian Pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik. Bahaya gempa ini sangat besar sekali sebab akibat gempa yang timbul, tanah dapat mengalami retakan, terbalik bahkan dapat bergeser.
c.    Gempa runtuhan (terban)
Gempa runtuhan terjadi karena runtuhnya tanah di daerah tambang yang berbentuk terowongan atau pegunungan kapur. Pada umumnya di pegunungan kapur terdapat gua yang disebabkan oleh korosi. Jika gua atau lubang tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi.

Pembahasan Gejala Alam Kebumian disusun kedalam 4 bagian pembahasan utama, yaitu:
1.    Bumi sebagai Planet
Secara fisik, Bumi dibagi menjadi lapisan Litosfer dan lapisan Astenosfer. Lapisan Litosfer merupakan lapisan teratas yang meliputi kerak bumi dan bagian atas dari mantel bumi. Litosfer merupakan bagian yang padat, solid tetapi mudah patah. Litosfer bergerak terapung di atas astenosfer. Astenosfer merupakan lapisan cair yang meliputi mantel bawah dan inti luar bumi. Lapisan ini “lemah” dengan temperatur yang sangat tinggi. Di lapisan ini terjadi arus konveksi yang menggerakkan lempeng-lempeng permukaan bumi.
2.    Lithosfer
Tenaga tektonik menghasilkan bentukan patahan dan lipatan. Patahan adalah perubahan posisi batuan akibat bekerjanya gaya endogen pada batas lempeng. Patahan dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
a.    Graben (slenk) adalah bentuk patahan yang mengalami pemerosotan ke bawah di antara dua bagian yang tinggi.
b.    Horst adalah bentuk patahan yang mengalami pengangkatan ke atas diantara dua bagian yang rendah.
SEDIMENTASI
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh air, angin atau gletser. Semua material hasil pelapukan yang tererosi akan mengendap di satu tempat sebagai sedimen.
Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

JENIS JENIS SEDIMENTASI

Jenis sedimentasi berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya

1.    Sedimentasi akuatis

Sedimentasi akuatis adalah proses pengendapan suatu material yang dibawa oleh air. Sedimentasi akuatis biasanya terjadi didaerah rendah, di sungai, dan di danau. Hal ini sesuai dengan sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah. Proses sedimentasi ini biasanya mengakibatkan pendangkalan pada sungai maupun danau, sehingga rawan akan banjir. Berikut ini adalah beberapa bentang alam yang terbentuk karena sedimentasi akuatis.

2.    Sedimentasi aeolis atau aeris

Sedimentasi aeolis atau aeris adalah proses pengendapan suatu materi yang terbawa oleh angin.Dengan kekuatannya, angina dapat membawa material – material, saat kekuatan angina tersebut mulai melemah, atau menabrak sesuatu, maka material yang dibawanya akan dijatuhkan dan diendapkan.

3.    Sedimentasi Marine
Sedimentasi marine adalah proses pengendapan suatu materi yang terbawa oleh air laut. Adapun daerah yang termasuk dalam sedimentasi marine adalah laut dan tepi laut.
3.    Atmosfer
Pemanasan oleh matahari terjadi dengan dua cara, yaitu:
a.    Pemanasan langsung, terjadi karena adanya penyerapan sebagian sinar matahari oleh uap air,debu dan zat- zat lain yang ada di udara.
b.    Pemanasan tidak langsung, terjadi karena sebagian sinar matahari selain diserap juga dipantulkan ke atmosfer. Sinar matahari yang dipantulkan ini turut memanaskan udara, terutama pada lapisan atmosfer paling bawah. Angin Fohn (angin jatuh panas) mempunyai ciri angin jatuh yang panas dan kering. Maksud angin jatuh adalah angin yang menuruni lereng gunung setelah sebelumnya bergerak naik ke puncak gunung. Pada saat angin tersebut naik ke puncak gunung, angin tersebut mengalami penurunan suhu dan terjadi pengembunan. Pada saat melewati puncak gunung, angin tersebut telah kering dan turun melewati puncak. Namun, suhu angin tersebut naik ketika bergerak turun menuju lembah. Bahkan, ketika sampai lembah, angin tersebut suhunya lebih tinggi dari suhu udara di lembah tersebut, sehingga orang yang tinggal di lembah akan merasakan adanya aliran angin yang panas dan kering. Contoh angin Fohn adalah angin Gending di daerah Probolinggo, Jawa Timur. Angin ini berhembus di dataran Probolinggo dari arah tenggara setelah melewati pegunungan Iyang-Argopuro pada waktu musim kemarau. (Movie di atas dikonvert dari animasi flash)
4.     Hidrosfer
Hidrosfer adalah semua air yang berada di bumi, baik dalam bentuk cair (air), padat (es dan salju), maupun dalam bentuk gas (uap air). Jumlah air yang berada di bumi tidak berubah, karena air secara terus-menerus mengalami sirkulasi. Sirkulasi air meliputi proses penguapan (evaporasi), hujan (presipitasi) dan pengaliran (flow). Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi.
Secara umum sebaran air di permukaan bumi dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah segala bentuk perairan yang berada di permukaan bumi.
Berdasarkan letaknya dibedakan sebaran air permukaan menjadi dua bagian, yaitu perairan darat dan perairan laut. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang berada di darat, misalnya sungai, danau dan rawa.
Selain beberapa pengecualian di zaman purbakala, geomorfologi adalah sains yang relatif muda, tumbuh seiring dengan minat pada aspek lain dari ilmu pengetahuan bumi  pada pertengahan abad ke-19. Bagian ini memberikan garis besar singkat beberapa tokoh dan peristiwa utama dalam perkembangannya.

Geomorfologi kuno 
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.
Studi tentang bentang alam dan evolusi permukaan bumi dapat ditulis kembali kepada ilmuwan Klasik Yunani. Herodotus berpendapat dari pengamatan tanah bahwa delta Nil secara aktif tumbuh ke Laut Mediterania, dan memperkirakan umurnya. Aristoteles berspekulasi bahwa karena transportasi sedimen ke laut, akhirnya lautan tersebut akan terisi saat tanahnya diturunkan. Dia mengklaim bahwa ini berarti bahwa tanah dan air pada akhirnya akan bertukar tempat, dimana prosesnya akan dimulai lagi dalam siklus yang tiada akhir.
Teori awal lagi geomorfologi dirancang oleh polymath Cina ilmuwan dan negarawan Shen Kuo (1031-1095 AD). Ini didasarkan pada pengamatannya tentang kerang fosil laut di sebuah lapisan geologi di gunung yang berjarak ratusan mil dari Samudra Pasifik . Melihat kerang bivalve yang berjalan dalam rentang horizontal sepanjang bagian potong tebing, dia berteori bahwa tebing itu pernah menjadi lokasi pra-sejarah sebuah pantai yang telah bergeser ratusan mil selama berabad-abad. Dia menduga bahwa tanah itu dibentuk kembali dan dibentuk oleh erosi tanah pegunungan dan oleh pengendapan lumpur, setelah mengamati erosi alami yang aneh dari Pegunungan Taihang dan Gunung Yandang di dekat Whenzou . Selanjutnya, dia mempromosikan teori perubahan iklim secara bertahap selama berabad-abad setelah dahulu bambu bertubuh  kecil ditemukan dipelihara di bawah tanah di zona iklim kering di utara Yanzhou , yang sekarang merupakan kota modern Yan’an , Shaanxi propinsi.

Geomorfologi modern awal 
Istilah geomorfologi nampaknya pertama kali digunakan oleh Lauman dalam karya tahun 1858 yang ditulis dalam bahasa Jerman. 
Pada tahun 1920,Walther Penck  mengembangkan model alternatif untuk Davis. Penck berpikir bahwa evolusi bentuk lahan lebih baik digambarkan sebagai pergantian antara proses pengangkatan dan penggundulan yang sedang berlangsung, yang bertentangan dengan model angkat tunggal Davis yang diikuti oleh pembusukan. Dia juga menekankan bahwa di banyak lanskap, evolusi kemiringan terjadi dengan backwearing batuan, bukan dengan penurunan permukaan gaya Davisian, dan sainsnya cenderung menekankan proses permukaan karena memahami secara rinci sejarah permukaan sebuah wilayah tertentu. Penck adalah orang Jerman, dan selama hidupnya idenya terkadang ditolak dengan kuat oleh komunitas geomorfologi berbahasa Inggris. Kematiannya yang awal, ketidaksukaan Davis atas karyanya, dan gaya penulisannya yang terkadang membingungkan membuat semua pihak berkontribusi terhadap penolakan ini.
Baik Davis maupun Penck mencoba untuk menempatkan studi evolusi permukaan bumi pada pijakan yang lebih umum dan relevan secara global daripada sebelumnya. Pada awal abad ke-19, para penulis - terutama di Eropa - cenderung mengaitkan bentuk lanskap dengan iklim lokal , dan khususnya efek spesifik proses glasiasi dan periglasial . Sebaliknya, Davis dan Penck berusaha untuk menekankan pentingnya evolusi lanskap sepanjang waktu dan generalitas permukaan bumi melintasi lanskap yang berbeda dalam kondisi yang berbeda.
Pada awal 1900-an, studi geomorfologi skala regional disebut "fisiografi". Fisiografi kemudian dianggap kontraksi dari " physi cal" dan "ge ography ", dan karena itu identik dengan geografi fisik , dan konsep menjadi terlibat dalam kontroversi seputar kekhawatiran yang sesuai disiplin itu. Beberapa ahli geomorfologi mengadakan geologi untuk fisiografi dan menekankan konsep daerah fisiografi sementara tren yang bertentangan di antara ahli geografi adalah menyamakan fisiografi dengan "morfologi murni", yang terpisah dari warisan geologinya. Pada periode setelah Perang Dunia II, munculnya studi proses, iklim, dan kuantitatif menyebabkan preferensi oleh banyak ilmuwan bumi untuk istilah "geomorfologi" untuk menyarankan pendekatan analitis terhadap lanskap dan bukan diskriptif.
Pada fase ini ada dua konsep yang menonjol, yaitu konsep katastrofisme dan konsep uniformitarianisme (King, 1976). Konsep katastrofisme dikemukakan oleh Abraham Kitlob Wenner (1979-1817). Konsep tersebut muncul atas dasar pengamatan Wennerpada strata batuan yang ternyata setiap stratum (lapisan) memiliki sifat yang khas. Hasil pengamatan tersebut diformulasikan menjadi konsep lahirnya bumi yang berasal dari basin lautan yang besar. Wenner berpandangan bahwa setiap stratum batuan terjadi pads suatu dasar tubuh perairan yang luas kemudian mengendapkan sedimennya di atas stratum yang ada sebelumnya. Material yang lebih mampat terendapkan oleh larutan yang pekat/kental. Pada waktu material secara berangsur-angsur diendapkan, laut secara berangsur-angsur menyusut sehingga terbentuk daerah yang sekarang ini. Pandangan Wenner lain yang terkait dengan konsep dasar geomorfologi adalah:
a.      batuan dasar yang berupa batuan granit tidak berfosil;
b.   setiap gradien sungai akan mencapai tingkat keseimbangan, dan gradien sungai merupakan fungsi dari kecepatan, debit dan muatan sedimen;
c.    seluruh sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi.

Geomorfologi iklim
Selama zaman imperialisme baru di akhir abad 19, penjelajah Eropa dan ilmuwan melakukan perjalanan melintasi dunia membawa deskripsi lanskap dan bentang alam. Seiring pengetahuan geografis meningkat dari waktu ke waktu pengamatan ini disistematisasi dalam pencarian pola regional. Iklim muncul sebagai faktor utama untuk menjelaskan distribusi bentuk lahan dalam skala besar.  Geomorfologi iklim awal yang dikembangkan terutama di benua Eropa sementara di dunia berbahasa Inggris kecenderungan tersebut tidak eksplisit sampai publikasi tahun 1960 Peltier pada siklus erosi periglcial .
Geomorfologi iklim dikritik dalam sebuah artikel tinjauan tahun 1969 oleh proses geomorfologi DR Stoddart. Kritikan oleh Stoddart terbukti "menghancurkan" yang memicu turunnya popularitas geomorfologi iklim pada akhir abad ke-20. Stoddart mengkritik geomorfologi iklim untuk menerapkan metodologi yang dianggap "sepele" dalam membangun perbedaan bentuk lahan antara zona morfoklimatik, dikaitkan dengan geomorfologi davisian dan dengan dugaan mengabaikan kenyataan bahwa hukum fisika yang mengatur proses sama di seluruh dunia. Selain itu beberapa konsepsi geomorfologi iklim, seperti yang berpendapat bahwa pelapukan kimia lebih cepat terjadi di iklim tropis daripada di iklim dingin terbukti tidak lurus secara benar.


sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi