Kakao adalah Theobroma cacao L. Tanaman kakao adalah
tanaman pohon yang berasal dari Negara Pantai Gading, Afrika Selatan. Tanaman
ini dibawa oleh para penjajah dari negara tersebut ke Indonesia pada sekitar
abad ke 17. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan
Indonesia selain karet dan kakao. Tanaman yang juga dikenal dengan nama cokelat
atau kopi coklat ini merupakan bahan baku pembuatan karamel cokelat.
Klasifikasi Tanaman Kakao
Berdasarkan sistem klasifikasi mahluk hidup, tanaman
kakao yang bernama latin Theobroma
cacao L. ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus: Theobroma
Spesies: T. cacao
Nama Latin : Theobroma cacao L.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus: Theobroma
Spesies: T. cacao
Nama Latin : Theobroma cacao L.
Sekilas Tentang Budidaya Tanaman
Kakao
Tanaman kakao banyak dibudidayakan
oleh para pekebun tanah air. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi
tanaman bernama latin Theobroma cacao L ini antara lain
sebagian besar Sulawesi, Sumatera, dan Jawa. Usaha budidaya kakao umumnya
dilakukan oleh para petani, kendatipun ada beberapa perkebunan swasta yang saat
ini mulai mencoba untuk mengusahakannya.
Tanaman kakao memiliki usia produksi hingga 30 tahun. Bagian tanaman yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah bijinya. Biji kakao adalah bahan baku utama dalam proses pembuatan pasta kakao. Indonesia mengekpor biji kakao hasil produksinya ke beberapa negara yang di antaranya adalah Swiss, Amerika, dan beberapa negara lain di kawasan Eropa Timur.
Di antara tanaman perkebunan lainnya, tanaman kakao merupakan tanaman yang paling membutuhkan perawatan yang ekstra. Banyak hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman ini, apalagi jika ia tidak dibudidayakan sesuai dengan syarat tumbuhnya. Beberapa penyakit dan hama penting pada tanaman kakao misalnya busuk buah, VSD, kanker batang, kepik penghisap buah, penggerek buah, dan penggerek batang.
Hingga kini Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke dua di dunia setelah pantai gading. Kendatipun demikian, mutu biji kakao dalam negeri merupakan yang paling buruk di antara biji kakao hasil produksi negara-negara tetangga. Hal ini terjadi karena perawatan dan pengolahan pasca panen yang diterapkan oleh para pembudidaya tidak dilakukan sebagai mana mestinya.
Nah, demikianlah sekilas informasi tentang nama latin kakao (cokelat) beserta klasifikasi dan gambaran singkat tentang budidaya tanaman kakao di Indonesia. Semoga ini dapat bermanfaat bagi Anda yang membutuhkan.
Tanaman kakao memiliki usia produksi hingga 30 tahun. Bagian tanaman yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah bijinya. Biji kakao adalah bahan baku utama dalam proses pembuatan pasta kakao. Indonesia mengekpor biji kakao hasil produksinya ke beberapa negara yang di antaranya adalah Swiss, Amerika, dan beberapa negara lain di kawasan Eropa Timur.
Di antara tanaman perkebunan lainnya, tanaman kakao merupakan tanaman yang paling membutuhkan perawatan yang ekstra. Banyak hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman ini, apalagi jika ia tidak dibudidayakan sesuai dengan syarat tumbuhnya. Beberapa penyakit dan hama penting pada tanaman kakao misalnya busuk buah, VSD, kanker batang, kepik penghisap buah, penggerek buah, dan penggerek batang.
Hingga kini Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke dua di dunia setelah pantai gading. Kendatipun demikian, mutu biji kakao dalam negeri merupakan yang paling buruk di antara biji kakao hasil produksi negara-negara tetangga. Hal ini terjadi karena perawatan dan pengolahan pasca panen yang diterapkan oleh para pembudidaya tidak dilakukan sebagai mana mestinya.
Nah, demikianlah sekilas informasi tentang nama latin kakao (cokelat) beserta klasifikasi dan gambaran singkat tentang budidaya tanaman kakao di Indonesia. Semoga ini dapat bermanfaat bagi Anda yang membutuhkan.
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor
nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama
dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika
mempunyai urutan taksa sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Pada daerah asalnya, kakao merupakan
tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan
(purseglove, 1968), tumbuhnya selalu terlindung pohon besar lain (Sunaryo,
1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran geografis abtara 20 LU – 20
LS, dengan batas penyebaran yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU
(Sunaryo dan Situniorang, 1978). Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah
dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).
Morfologi Tanaman Kakao
Batang dan Cabang
Menurut Hall (1932 dalam PPKKI,
2010), Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi
tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat
mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh
intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Hall (1932 dalam PPKKI,
2010)
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa
tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas
vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop
atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas
atau fan) (PPKKI, 2010)
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai
tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette).
Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop
dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus, 2013)
Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun
kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang,
yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya
sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI, 2010). Tangkai daun bentuknya silinder
dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah
satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang
terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat
gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai
daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal
daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke
permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat
seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang
daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap
(PPKKI, 2010).
Bunga
Tanamankakao bersifat kauliflori. Artinya
bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang.
Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau
biasa disebut denganbantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus
K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama
lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan
masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil,
dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau
kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna
bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5
cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal
berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah.
Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Anonymus,
2013)
Buah dan Biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi
pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau
atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu,
buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye)
(Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan
dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur
kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar.
Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata),
kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan.
Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar
dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah (Anonymus, 2013).
No comments:
Post a Comment