Sunday, November 26, 2017

“PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG”

LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH

“PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG”






Oleh:

GOLONGAN AD-3

Novita Risti Azahra (1525010234)




PROGAM STUDY AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan makanan pokok di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya) (Efendi, 1985). Kebutuhan jagung di Indonesia cenderung meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan jagung. Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton/tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu 1 juta ton. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya (Rukmana, 1997).
Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah, meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur dan remah sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan pengaruh bahan organik pada biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah (Sutanto, 2002).
Sifat-sifat fisika tanah adalah sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh bahan penyusunya. Sifat-sifat fiska tanah ini sangat penting untuk anada ketahui, karena memiliki pengarh yang besar terhadap pertumbuhan dan prodksi tanaman yang tumbuh di ats tanah tersebut. Sifat-sifat fisika tanah mempengaruhi ketersediaan air di daam tanah, menentukan penetrasi (penembusan) akar di dalam tanah, sifat drainase dan aerasi tanah, serta ketersediaan nsur-nsur hara tanaman. Sifat-sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah.

1.2 Tujuan
1.  Mahasiswa mampu mengidentifikasi sifat fisik tanah
2.  Mahasiswa mengetahui pengaruh sifat fisik terhadap pergerakan air
3.  Mahasiswa memahami pengaruh sifat fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung
Secara morfologi tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada satu tanaman. Bunga jantan terdiri dari beberapa malai dan setiap malai memiliki spikelet-spikelet yang akan membuka saat bunga telah masak (Hallauer, 1986 dalam Fehr, 1987). Tanaman jagung manis juga dibedakan atas dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif tanaman jagung manis meliputi akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatifnya meliputi bunga dan buah. (wikipedia.org/wiki/Jagung).
Klasifikasi ilmiah :
Regnum            : Plantae
Divisio              : Angiospermae
Kelas                : Monocotyledon
Ordo                 : Poales
Familia              : Poaceae/Gramineae
Genus               : Zea
Spesies              : Zea mays saccharata
Dasarnya varietas jagung digolongkan ke dalam dua golongan varietas, yaitu varietas bersari bebas. Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai ciri-ciri dari varietas tersebut (Sparague, 1977).
Jagung manis di Indonesia umumnya ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat didaerah pegunungan pada ketinggian 1.000—1.800 m di atas permukaan laut. Tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan tanah. Hal ini dilakukan untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan deras (Gunawan, 2009).


2.2 Media Tanam
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara dan mineral bagi tanaman serta tempat akar tumbuh dan berkembang. Tanah terdiri dari partikel liat, debu, dan pasir yang memiliki persentase berbeda-beda yang disebut sebagai tekstur tanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menyimpan dan menghantarkan air serta menyediakan unsur hara bagi tanaman. Tanah bertekstur liat memiliki kandungan partikel liat lebih dari 35 %, porositas tinggi mencapai 60 % namun sebagian besar pori berukuran kecil 11 sehingga daya hantar airnya kecil. Tanah liat memiliki kemampuan menyimpan air dan hara yang tinggi (Islami dan Utomo, 1995).
2.2.1 Media Tanam Pasir
Tanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol (Brady, 1974 : 89), sedangkan menurut klasifikasi USDA tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai.
a. Struktur tanah pasir Menurut AAK (1993 : 55) tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
b. Tekstur Tanah Pasir Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993 : 48). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986 : 47).
c. Porositas Tanah Pasir Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK, 1993 : 56).

d. Temperatur Tanah Pasir Tanah pasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porus sehingga sempitnya kisaran kandungan air tersedia yang terletak di antara kapasitas lapangan dan titik layu permanen yang berkisar 4 - 70% (dibandingkan pada tanah lempung berkisar 16 -29%, serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1 cm/jam pada tanah lempung) (Baver et al, 1972).



2.2.2 Media Tanam Liat

Partikel tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah. Dalam proses pembentukan partikel tanah, partikel liat berperan sebagai bahan pengikat karena liat dapat diabsorbsi pada permukaan butiran pasir (Islami dan Utomo, 1995).

Tanah terdiri dari bahan padatan yang bersifat anorganik dan organik, namun jumlah bahan organik yang terkandung dalam tanah lebih sedikit yaitu kurang dari 5 %. Bahan organik tanah merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa bahan jasad hidup yang mengalami penguraian oleh mikroorganisme tanah. Kandungan bahan organik tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan pupuk kandang ataupun kompos. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah seperti meningkatkan kapasitas simpan air. Pada tanah liat, bahan organik mempengaruhi struktur tanah sehingga daya hantar air dan udara menjadi lebih lancar (Suhardi, 1985). Menurut Zulkarnaen dkk (2013), bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah dan kemantapan partikel tanah yang disebabkan karena proses dekomposisi bahan organik.

Hanafiah (2005) menyatakan bahwa semakin poros tanah maka akar akan semakin mudah untuk menelusup tanah dan semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi. Tanah liat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan hidroton. Tanah liat tersusun dari silinium oksida (SiO2), alumunium oksida (Al2O3), dan air dengan perbandingan 47 % : 39 % : 14 %. Kandungan unsur mineral dan bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah liat seperti kemungkinan mencair, warna, dan tingkat kepadatan setelah dibakar (Astuti, 1997).

2.2.3  Media Tanam Debu

Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, arang batu, bijih logam dan sebagainya. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma‟mur, 2009). Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.



Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur,1988). Debu umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di udara yang bersifat toksik bagi manusia.

Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan , dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz,1992).


BAB III
METODELOGI

3.1       Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017, pukul 12.40-14.30 WIB, di Laboratorium Sumber Daya lahan UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.2       Alat dan Bahan
2.2.1    ALAT:
1.   Kotak kaca ukuran 40cmx20cmx10cm
2.   Cetok
3.   Saringan
4.   Penumbu
5.   Nampan
6.   Gelas Ukur
7.   Gabus
2.2.2 BAHAN:
1.   Tanah: Debu, Liat, Pasir dan Debu, Debu, Liat
2.   Air
3.   Bibit Jagung
2.3 Cara Kerja
1.         Menyiapkan alat dan bahan.
2.         Lakban Kotak Kaca agar tidak terjadi kebocoran.
3.         Pindahkan kotak kaca ke green house.
4.         Kemudian Tumbuk Tanah Liat sampai halus karena tanah liat masih berukuran besar, saring menggunakan saringan. Serta menyaring Tanah Pasir.
5.         Kemudian masukkan bahan –tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati pada Kotak Kaca.
6.         Kelompok kami menggunakan komposisi Pasir,Debu,Debu (PDD) dan Liat,Pasir,Liat (LPL).

7.         Kemudian kotak kaca tersebut ditaruh didalam nampan kemudian bagian bawah kotak diberi penyangga berupa 2 buah gabus agar tidak goyang.
8.         Setelah itu kotak kaca disiram air sebnyak 3 liter. Namun pemberiannya dilakukan secara perlahan lahan agar tanah yang didalam kotak tidak longsor.
9.         Kemudian Amati dan Catat waktu air tersebut mengalir kebawah.
10.     Tanam tanaman jagung pada kedua kotak kaca tersebut masing-masing satu tanaman jagung yang sudah di semai.
11.     Melakukan pengamatan panjang akar selama 1 minggu sekali.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Kecepatan Resapan


No.


Perlakuan

Kecepatan


Volume




Keterangan







Resapan


Licing

































P
39






Pada bagianpasir resapan











detik






terjadi dengan sangat cepat








































Resapan air pa debu







PDD

D
3  menit






melambat karena memiliki





(Pasir, Debu,

22 detik






kemampuan menahan air




















Debu)













yang cukup kuat











4  menit






Resapan air terjadi dengan










D






lambat karena memiliki










27 detik























ruang pori yang kecil












































Pada susunan PDD











8 menit






membutuhkan waktu










Total
28 detik






sekitar 8 menit untuk dapat



















air meresap ke seluruh






















bagian










L
4 menit






Pada bagian debu resapan










54 detik






terjadi dengan sangat cepat



























P
8 menit






Pada bagian debu resapan











58 detik






terjadi dengan sangat cepat







LPL


1 jam 19






Resapan air pada liat






(Liat,








melambat karena memiliki







L
menit 12










Pasir, Liat)







kemampuan menahan air







detik
























yang cukup kuat












































Pada susunan DDP











1 jam 33






membutuhkan waktu










Total
menit 4






sekitar 1jam+ untuk dapat












detik






air meresap ke seluruh






















bagian







Tabel 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung





















Tgl



Perlakuan

Panjang


Jumlah


Panjang


Keterangan






Tanaman


Daun


Akar




























PDD
39


3



16



































LPL
42


3



13




































DLP
44
3
30








DDP
46
4
19











DLP
60
4
34








DDP
74
5
36,5








DLP
71
3









DDP
96
6



(1Kering)













4.2  Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan komposisi tanah Pasir Debu Debu (PDD) dan Liat,Pasir,Liat (LPL). Hasil praktikum pada komposisi tanah PDD selama 8 menit 28 detik, menunjukkan bahwa kecepatan air untuk turun setelah di tuangkan kedalam kotak kaca adalah lambat pada tanah Debu dibandingkan pada tanah berpasir. Hal ini dikarenakan Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Sedangkan untuk debu, tidak terlalu susah untuk kapasitas menahan airnya atau dikategorikan kedalam tingkat sedang.
Sedangkan pada perlakuan LPL (Liat Pasir Liat) selama 1 jam 33 menit 4 detik, menunjukkan bahwa kecepatan air untuk turun setelah di tuangkan 3L kedalam kotak kaca adalah sangat lambat, karena mempunyai kapasitas ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil, sehingga kapasitas menahan air yang tinggi.



Proses naiknya air dari nampan disebabkan akibat adanya beberapa factor, seperti proses osmosis yang merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah hingga terjadi keseimbangan konsentrasi. Apabila dua larutan yang berbeda konsentrasinya memiliki bahan terlarut yang sama pada pelarut sama pula, diletakkan terpisah oleh berbagai macam selaput. Ternyata pada lubang kotak kaca yang permeabel atau semipermeabel masih memungkinkan terjadinya proses osmosis (searah maupun dua arah). Maka proses terjadinya osmosis melalui lubang kotak kaca yang ada dibagian bawah inilah yang disebut dengan osmosis. Jadi, osmosis menyatakan proses difusi dari bahan pelarut melalui lubang kotak kaca semi-permeabel yaitu yang hanya dapat dilewati oleh molekul air saja, sedangkan molekul zat terlarut tertahan olehnya. Pada peristiwa osmosis, molekul air/pelarut bergerak menuju larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Dampak dari peristiwa osmosis adalah plasmolisis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Kehilangan air lebih banyak lagi akan menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu tekanan terus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel.
Tanah merupakan tempat media tumbuh bagi tanaman yang berfungsi sebagai tempat akar menopang tanaman. Pertumbuhan tanaman juga dipegaruhi oleh tanah, seperti pada tanah susunan LPL pertumbuhan tanaman jagung lebih cepat karena Debu dan Liat memiliki pori yang kecil serta mempunyai daya ikat terhadap air yang kuat sehingga air tidak mudah leaching dan air yang diikat akan dimanfaatkan atau diserap oleh tanaman untuk memlangsukan proses fisiologis. Sedangkan pada DLP pertumbuhan tanaman jagung lebih lambat dari DDL, karena pada susunan ini air mudah turun atau leaching. Hal ini disebabkan pasir memliki daya ikat yang rendah serta pori yang lebih besar sehingga air mudah leaching dan tidak mudah diserap oleh akar tanaman.
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitannya dengan kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Tinggi rendahnya suatu porositas tanah ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut. Bila suatu tanah dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak, Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. selain itu, tanaman akan mudah rusak apabila tergenang air terlalu lama, karena tanamn tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman (Hakim 1986).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro.(Hakim, 1986).


BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih cepat pada LPL  dibandingkan pada PDD. Hal ini disebabkan Debu dan Liat mempunyai kemampuan untuk menahan air cukup kuat sehingga lebih mudah diserap akar tanaman serta ukuran porinya kecil dan teksturnya yang halus, sedangkan pada pasir kemampuan menahan airnya lebih rendah sehingga mudah leaching dan tidak dapat diserap akar tanaman serta ukuran porinya kecil dan teksturnya kasar.


DAFTAR PUSTAKA

Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2017.pukul 19.30.
Munawar 2007. Masalah Produksi Tanaman. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman Press.
Munir 2001. Tanah-tanah Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.
Nugroho 2009. Tanah dan Pengolahan. Bandung: CV Alfabeta.
Nursyamsi, Hasyim L, Munandar C 2007. Hara Tanah Alfisol Seluruh Dunia. Jakarta: Aksara.
Riana 2008. Sifat Kimia Tanah .http://agnisradita.blogspot.com/. Diakses pada tanggal5 Mei 2013.
Rosmarkam A, Yuwono NW 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
Saenong 2008. Teknologi Benih Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Samuel 2008. Taksonomi Jagung. http://www.plantamor.com/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.
Siradz, Suradi K, Muhsin M 2007. Kuantitas dan variasi nitrogen tersedia pada tanah setelah penebangan hutan. Jurnal Tanah Tropis. 8(1): 215-226
Situmorang R, Untung S 2001. Bahan Kuliah Tanah. Bogor:Institut Pertanian. Bogor.
Soepardi G dan M Ismunadji. 2007. Harkat Kalium Tanah. Bogor : ITB Press.
Suriadi A, Nazam M. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik.

Nusa Tenggara Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Sutejo M 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwarno 2003. Kesuburan Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Warisno 2005. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius

No comments:

Post a Comment