KESUBURAN TANAH
“PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG”
Oleh:
GOLONGAN AD-3
Novita Risti Azahra (1525010234)
PROGAM STUDY AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
2017
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jagung
(Zea mays L.) merupakan bahan makanan pokok di Indonesia yang memiliki
kedudukan sangat penting setelah beras. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung
(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya) (Efendi, 1985). Kebutuhan
jagung di Indonesia cenderung meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan industri yang menggunakan
bahan jagung. Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga
kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton/tahun,
sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu 1 juta ton. Sebagian besar
kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57%, sisanya
sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya (Rukmana,
1997).
Ketersediaan
hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Bahan organik
merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar,
bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah, meliputi sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat
tanah menjadi gembur dan remah sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah
ditembus perakaran tanaman. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya
kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan pengaruh bahan organik
pada biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme
tanah (Sutanto, 2002).
Sifat-sifat
fisika tanah adalah sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh bahan penyusunya.
Sifat-sifat fiska tanah ini sangat penting untuk anada ketahui, karena memiliki
pengarh yang besar terhadap pertumbuhan dan prodksi tanaman yang tumbuh di ats tanah
tersebut. Sifat-sifat fisika tanah mempengaruhi ketersediaan air di daam tanah,
menentukan penetrasi (penembusan) akar di dalam tanah, sifat drainase dan
aerasi tanah, serta ketersediaan nsur-nsur hara tanaman. Sifat-sifat fisika
tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi
sifat fisik tanah
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh sifat
fisik terhadap pergerakan air
3. Mahasiswa memahami pengaruh sifat
fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung
Secara
morfologi tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan
letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada satu tanaman. Bunga jantan
terdiri dari beberapa malai dan setiap malai memiliki spikelet-spikelet yang
akan membuka saat bunga telah masak (Hallauer, 1986 dalam Fehr, 1987). Tanaman
jagung manis juga dibedakan atas dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian
generatif. Bagian vegetatif tanaman jagung manis meliputi akar, batang, dan
daun. Sedangkan bagian generatifnya meliputi bunga dan buah.
(wikipedia.org/wiki/Jagung).
Klasifikasi ilmiah :
Regnum : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledon
Ordo : Poales
Familia : Poaceae/Gramineae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays saccharata
Dasarnya
varietas jagung digolongkan ke dalam dua golongan varietas, yaitu varietas
bersari bebas. Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang
benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang
digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai ciri-ciri
dari varietas tersebut (Sparague, 1977).
Jagung
manis di Indonesia umumnya ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah
tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat didaerah pegunungan pada
ketinggian 1.000—1.800 m di atas permukaan laut. Tanah yang dikehendaki adalah
tanah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase
yang baik. Jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah
lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah dengan
kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan
tegak lurus terhadap kemiringan tanah. Hal ini dilakukan untuk mencegah erosi
yang terjadi pada waktu turun hujan deras (Gunawan, 2009).
Tanah
merupakan tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara dan mineral bagi
tanaman serta tempat akar tumbuh dan berkembang. Tanah terdiri dari partikel
liat, debu, dan pasir yang memiliki persentase berbeda-beda yang disebut
sebagai tekstur tanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam
menyimpan dan menghantarkan air serta menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Tanah bertekstur liat memiliki kandungan partikel liat lebih dari 35 %,
porositas tinggi mencapai 60 % namun sebagian besar pori berukuran kecil 11
sehingga daya hantar airnya kecil. Tanah liat memiliki kemampuan menyimpan air
dan hara yang tinggi (Islami dan Utomo, 1995).
2.2.1 Media Tanam Pasir
Tanah
pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam
ordo Regosol (Brady, 1974 : 89), sedangkan menurut klasifikasi USDA tanah di
daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol
pantai.
a.
Struktur tanah pasir Menurut AAK (1993 : 55) tanah berpasir memiliki struktur
butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan
pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.
b. Tekstur Tanah Pasir
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60%
pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993 : 48).
Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan
yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi
dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana
sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986 :
47).
c.
Porositas Tanah Pasir Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan
jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara
di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebih intensif (AAK, 1993 : 56).
d.
Temperatur Tanah Pasir Tanah pasir memiliki temperatur yang tinggi yang
disebabkan karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir
memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang
porus sehingga sempitnya kisaran kandungan air tersedia yang terletak di antara
kapasitas lapangan dan titik layu permanen yang berkisar 4 - 70% (dibandingkan
pada tanah lempung berkisar 16 -29%, serta tingginya kecepatan infiltrasi
2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1 cm/jam pada tanah lempung) (Baver et
al, 1972).
2.2.2 Media Tanam Liat
Partikel
tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah. Dalam proses pembentukan
partikel tanah, partikel liat berperan sebagai bahan pengikat karena liat dapat
diabsorbsi pada permukaan butiran pasir (Islami dan Utomo, 1995).
Tanah
terdiri dari bahan padatan yang bersifat anorganik dan organik, namun jumlah
bahan organik yang terkandung dalam tanah lebih sedikit yaitu kurang dari 5 %.
Bahan organik tanah merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa bahan jasad
hidup yang mengalami penguraian oleh mikroorganisme tanah. Kandungan bahan
organik tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan pupuk kandang ataupun kompos.
Bahan organik dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah seperti meningkatkan
kapasitas simpan air. Pada tanah liat, bahan organik mempengaruhi struktur
tanah sehingga daya hantar air dan udara menjadi lebih lancar (Suhardi, 1985).
Menurut Zulkarnaen dkk (2013), bahwa penambahan bahan organik dapat
meningkatkan porositas tanah dan kemantapan partikel tanah yang disebabkan
karena proses dekomposisi bahan organik.
Hanafiah
(2005) menyatakan bahwa semakin poros tanah maka akar akan semakin mudah untuk
menelusup tanah dan semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi. Tanah liat
merupakan bahan baku utama dalam pembuatan hidroton. Tanah liat tersusun dari
silinium oksida (SiO2), alumunium oksida (Al2O3), dan air dengan perbandingan
47 % : 39 % : 14 %. Kandungan unsur mineral dan bahan organik dapat
mempengaruhi sifat-sifat tanah liat seperti kemungkinan mencair, warna, dan
tingkat kepadatan setelah dibakar (Astuti, 1997).
2.2.3 Media Tanam Debu
Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia
atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah
partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau
mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik,
misalnya batu, kayu, arang batu, bijih logam dan sebagainya. Debu merupakan
salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai
dengan 500 mikron. Debu adalah zat
kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti
pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan
lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma‟mur, 2009). Menurut
Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang
dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah
partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.
Debu
adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran,
pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik,
misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat dan
sebagainya (Suma’mur,1988). Debu umumnya berasal dari gabungan secara mekanik
dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di udara yang bersifat
toksik bagi manusia.
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron
dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan
penyemprotan , dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.
Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan
produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter
0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia
(Fardiaz,1992).
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017, pukul 12.40-14.30 WIB, di
Laboratorium Sumber Daya lahan UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
2.2.1 ALAT:
1. Kotak kaca ukuran 40cmx20cmx10cm
2. Cetok
3. Saringan
4. Penumbu
5. Nampan
6. Gelas Ukur
7. Gabus
2.2.2 BAHAN:
1. Tanah: Debu, Liat, Pasir dan Debu,
Debu, Liat
2. Air
3. Bibit Jagung
2.3 Cara
Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Lakban Kotak Kaca agar tidak terjadi kebocoran.
3.
Pindahkan kotak kaca ke green house.
4.
Kemudian Tumbuk Tanah Liat sampai halus karena tanah liat
masih berukuran besar, saring menggunakan saringan. Serta menyaring Tanah
Pasir.
5.
Kemudian masukkan bahan –tanah tersebut sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati pada Kotak Kaca.
6.
Kelompok kami menggunakan komposisi Pasir,Debu,Debu (PDD)
dan Liat,Pasir,Liat (LPL).
7.
Kemudian kotak kaca tersebut ditaruh didalam nampan kemudian
bagian bawah kotak diberi penyangga berupa 2 buah gabus agar tidak goyang.
8.
Setelah itu kotak kaca disiram air sebnyak 3 liter. Namun
pemberiannya dilakukan secara perlahan lahan agar tanah yang didalam kotak
tidak longsor.
9.
Kemudian Amati dan Catat waktu air tersebut mengalir
kebawah.
10. Tanam tanaman jagung pada kedua
kotak kaca tersebut masing-masing satu tanaman jagung yang sudah di semai.
11. Melakukan pengamatan panjang akar
selama 1 minggu sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Kecepatan Resapan
|
No.
|
|
|
Perlakuan
|
|
Kecepatan
|
|
|
Volume
|
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
Resapan
|
|
|
Licing
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
P
|
39
|
|
|
|
|
|
|
Pada bagianpasir resapan
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
detik
|
|
|
|
|
|
|
terjadi dengan sangat cepat
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Resapan air pa debu
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
PDD
|
|
D
|
3 menit
|
|
|
|
|
|
|
melambat karena memiliki
|
|
||||||||
|
|
|
|
(Pasir,
Debu,
|
|
22 detik
|
|
|
|
|
|
|
kemampuan menahan air
|
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Debu)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
yang cukup kuat
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 menit
|
|
|
|
|
|
|
Resapan air terjadi dengan
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D
|
|
|
|
|
|
|
lambat karena memiliki
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
27 detik
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ruang pori yang kecil
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pada susunan PDD
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 menit
|
|
|
|
|
|
|
membutuhkan waktu
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
28 detik
|
|
|
|
|
|
|
sekitar 8 menit untuk dapat
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
air meresap ke seluruh
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
bagian
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
L
|
4 menit
|
|
|
|
|
|
|
Pada bagian debu resapan
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
54 detik
|
|
|
|
|
|
|
terjadi dengan sangat cepat
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
P
|
8 menit
|
|
|
|
|
|
|
Pada bagian debu resapan
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
58 detik
|
|
|
|
|
|
|
terjadi dengan sangat cepat
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
LPL
|
|
|
1 jam 19
|
|
|
|
|
|
|
Resapan air pada liat
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
(Liat,
|
|
|
|
|
|
|
|
|
melambat karena memiliki
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
L
|
menit 12
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
Pasir, Liat)
|
|
|
|
|
|
|
|
kemampuan menahan air
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
detik
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
yang cukup kuat
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pada susunan DDP
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 jam 33
|
|
|
|
|
|
|
membutuhkan waktu
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
menit 4
|
|
|
|
|
|
|
sekitar 1jam+ untuk dapat
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
detik
|
|
|
|
|
|
|
air meresap ke seluruh
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
bagian
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
Tabel
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
Tgl
|
|
|
|
Perlakuan
|
|
Panjang
|
|
|
Jumlah
|
|
|
Panjang
|
|
|
Keterangan
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
Tanaman
|
|
|
Daun
|
|
|
Akar
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
PDD
|
39
|
|
|
3
|
|
|
|
16
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
LPL
|
42
|
|
|
3
|
|
|
|
13
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DLP
|
44
|
3
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DDP
|
46
|
4
|
19
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
DLP
|
60
|
4
|
34
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DDP
|
74
|
5
|
36,5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DLP
|
71
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DDP
|
96
|
6
|
|
|
|
(1Kering)
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum kali ini kami menggunakan komposisi tanah Pasir Debu Debu (PDD) dan Liat,Pasir,Liat
(LPL). Hasil praktikum pada komposisi tanah PDD selama 8 menit 28 detik,
menunjukkan bahwa kecepatan air untuk turun setelah di tuangkan kedalam kotak kaca
adalah lambat pada tanah Debu dibandingkan pada tanah berpasir. Hal ini
dikarenakan Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk
partikelnya yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang
berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah
pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori
total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang
disusun daripada komposisi pori-pori yang besar sangat efisien dalam pergerakan
udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada
tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya
tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih
banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya
adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Sedangkan untuk debu,
tidak terlalu susah untuk kapasitas menahan airnya atau dikategorikan kedalam
tingkat sedang.
Sedangkan
pada perlakuan LPL (Liat Pasir Liat) selama 1 jam 33 menit 4 detik, menunjukkan
bahwa kecepatan air untuk turun setelah di tuangkan 3L kedalam kotak kaca
adalah sangat lambat, karena mempunyai kapasitas ruang pori total lebih banyak
dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil, sehingga kapasitas
menahan air yang tinggi.
Proses
naiknya air dari nampan disebabkan akibat adanya beberapa factor, seperti
proses osmosis yang merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah hingga terjadi keseimbangan konsentrasi. Apabila
dua larutan yang berbeda konsentrasinya memiliki bahan terlarut yang sama pada
pelarut sama pula, diletakkan terpisah oleh berbagai macam selaput. Ternyata
pada lubang kotak kaca yang permeabel atau semipermeabel masih memungkinkan
terjadinya proses osmosis (searah maupun dua arah). Maka proses terjadinya
osmosis melalui lubang kotak kaca yang ada dibagian bawah inilah yang disebut
dengan osmosis. Jadi, osmosis menyatakan proses difusi dari bahan pelarut
melalui lubang kotak kaca semi-permeabel yaitu yang hanya dapat dilewati oleh
molekul air saja, sedangkan molekul zat terlarut tertahan olehnya. Pada
peristiwa osmosis, molekul air/pelarut bergerak menuju larutan yang memiliki
konsentrasi lebih tinggi. Dampak dari
peristiwa osmosis adalah plasmolisis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan
hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Kehilangan air lebih banyak lagi akan
menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel.
Tanah
merupakan tempat media tumbuh bagi tanaman yang berfungsi sebagai tempat akar
menopang tanaman. Pertumbuhan tanaman juga dipegaruhi oleh tanah, seperti pada
tanah susunan LPL pertumbuhan tanaman jagung lebih cepat karena Debu dan Liat
memiliki pori yang kecil serta mempunyai daya ikat terhadap air yang kuat
sehingga air tidak mudah leaching dan air yang diikat akan dimanfaatkan atau
diserap oleh tanaman untuk memlangsukan proses fisiologis. Sedangkan pada DLP
pertumbuhan tanaman jagung lebih lambat dari DDL, karena pada susunan ini air
mudah turun atau leaching. Hal ini disebabkan pasir memliki daya ikat yang
rendah serta pori yang lebih besar sehingga air mudah leaching dan tidak mudah
diserap oleh akar tanaman.
Porositas
tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitannya
dengan kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin
sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. sebaliknya
semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang
besar. Tinggi rendahnya suatu porositas tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut. Bila suatu tanah dengan
porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam
tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak, Dalam
keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang
ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. selain itu, tanaman akan mudah rusak apabila
tergenang air terlalu lama, karena tanamn tersebut dalam kondisi tercekam
kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman (Hakim 1986).
Tanah
yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang
didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi
liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro.(Hakim, 1986).
KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih cepat
pada LPL dibandingkan pada PDD. Hal ini
disebabkan Debu dan Liat mempunyai kemampuan untuk menahan air cukup kuat
sehingga lebih mudah diserap akar tanaman serta ukuran porinya kecil dan
teksturnya yang halus, sedangkan pada pasir kemampuan menahan airnya lebih
rendah sehingga mudah leaching dan tidak dapat diserap akar tanaman serta
ukuran porinya kecil dan teksturnya kasar.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Hanafiah,
K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online
Fakultas Pertanian
Unsri.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2017.pukul
19.30.
Munawar 2007. Masalah
Produksi Tanaman. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman Press.
Munir 2001. Tanah-tanah
Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.
Nugroho 2009. Tanah
dan Pengolahan. Bandung: CV Alfabeta.
Nursyamsi, Hasyim L, Munandar C 2007. Hara Tanah Alfisol Seluruh Dunia. Jakarta: Aksara.
Riana
2008. Sifat Kimia Tanah .http://agnisradita.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal5 Mei 2013.
Rosmarkam A, Yuwono NW 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
Saenong
2008. Teknologi Benih Jagung. Bogor:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Samuel 2008. Taksonomi Jagung. http://www.plantamor.com/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.
Siradz, Suradi K, Muhsin M 2007. Kuantitas
dan variasi nitrogen tersedia pada tanah setelah penebangan hutan. Jurnal Tanah Tropis. 8(1): 215-226
Situmorang R, Untung S 2001. Bahan Kuliah Tanah. Bogor:Institut Pertanian. Bogor.
Soepardi G dan M Ismunadji. 2007. Harkat Kalium Tanah. Bogor : ITB Press.
Suriadi A, Nazam M. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik.
Nusa Tenggara Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
NTB.
Sutejo M 2002. Pupuk
dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwarno 2003. Kesuburan
Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Warisno 2005. Budidaya
Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius
No comments:
Post a Comment