KESUBURAN TANAH
“SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA TANAH”
Oleh:
GOLONGAN AD-3
Novita Risti Azahra (1525010234)
PROGAM STUDY AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
2017
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian
besar cabang ilmu tanah saling berkaitan
dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi, mikriklimatologi, geologi, sedimentologi,
botani dan agronomi. Fisika tanah sangat erat kaitannya dengan profesi
ketehnikan bidang mekanika tanah yang mempelajari tanah terutama sebagai bahan
bangunan dan penyangga beban.Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman,
kapasitas drainase dan penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus
akar, aerasi dan kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi
fisik tanah. Antara manusia dengan tanah terdapat saling ketergantungan satu
sama lain, kita tergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik dan
subur tergantung dari cara manusia menggunakan tanah tersebut.
Dengan
bertambah majunya peradaban manusia dan sejalan dengan perkembangan pertanian
yang juga disertai perkembangan penduduk yang sangat pesat maka memaksa manusia
mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian
sebagai mata pencaharian misalnya adalah makin banyaknya tanah kritis yang
dulunya subur. Semuanya ini adalah tanah tanpa memperhatikan pedoman pengolahan
tanah maupun karena kesewenang-wenangan manusia terhadap tanah.
Banyaknya
permasalahan yang muncul, maka orang mulai mengadakan suatu perbaikan kesuburan
tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari dan mengadakan penelitian
tentang tanah secara lebih dekat sehingga kita dapat mengetahui faktor – faktor
yang mempengaruhi perkembangan tanah dan kesuburan tanah yang meliputi faktor
fisika, kimia dan biologi. Hubungan antara faktor – faktor tersebut harus
diperhatikan serta memperhatikan kaidah penggunaan dan pengolahan tanah
sehingga kelestarian tanah dapat terjaga.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi
sifat fisik tanah.
2. Mahasiswa mengetahui sifat fisik
terhadap pergerakan air.
3. Mahasiswa memahami pengaruh sifat
fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
4. Mahasiswa mengetahui
mengidentifikasi tingkat kesuburan kimia tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Fisik
Tanah
Pengembangan
pertanian lahan kering seringkali menghadapi berbagai kendala, seperti fisik,
kimia dan biologi tanah serta ketersediaan air, yang semuanya menyebabkan
produktivitasnya sangat rendah. Di daerah transmigrasi, sering dijumpai lahan kering
yang telah dibuka dan dikembangkan untuk lahan pertanian kondisi tanahnya
sangat memprihatinkan. Produktivitas tanah sangat rendah yang dicerminkan oleh
indeks pertanaman (IP) palawija sekitar 0,27-0,83 dengan hasil atau produksi
yang sangat rendah pula (Hakim Nurhayati et al. 2003).
Sifat-sifat
fisik tanah diketahui, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah, retensi air,
drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisika tanah juga mempengaruhi
sifat-sifat kimia dan biologi tanah Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada
jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel
tanah;. macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta
perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa
sifat fisika tanah yang penting adalah tekstur, struktur, kerapan (density)
porositas, konsistensi, warna dan suhu.
Kemunduran
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menyebabkan terjadinya proses degradasi
lahan, yaitu produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun
tetap, sehingga pada akhirnya lahan tersebut menjadi kritis.
Penyebab
utama kemunduran produktivitas tanah tersebut adalah erosi karena kurang
cepatnya pengelolaan lahan dan curah hujan yang tinggi. Penyebab kerusakan
tanah tersebut selain karena erosi juga proses-proses lain seperti penggurunan
(desertification), pemasaman (acidification), penggaraman (salinisation), polusi (pollution), pemadatan (compaction), genangan (waterlogging), penurunan permukaan tanah
organik (subsidence) dan penurunan
tinggi muka air (Kurnia et al., 2002). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi
tanah pertama sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang
untuk berpenetrasi (menelusup). Baik secara lateral maupun secara horizontal
maupun secara vertikal. Kemudahan tanah untuk dipenetrai ini tergantung pada
ruang pori-pori yang terbentuk di antara paertikel-partikel tanah (tekstur dan
struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi
tanah terhadap pengaruh tekanan.
Sifat-sifat
fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi
mineral dari partikel-partikel tanah; macam dan jumlah bahan organik, volume
dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori
pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang penting adalah tekstur,
struktur, kerapan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu. Di
Indonesia, degradasi lahan merupakan masalah yang sangat serius terutama pada areal pertanian
lahan kering, Indonesia memiliki lahan kritis yang sangat luas (sekitar 10,9
juta ha) yang tersebar di berbagai propinsi. Penyebab utama kemunduran
produktivitas tanah tersebut adalah erosi karena kurang cepatnya pengelolaan
lahan dan curah hujan yang tinggi. Penyebab kerusakan tanah tersebut selain
karena erosi juga proses-proses lain seperti penggurunan (desertification), pemasaman (acidification),
penggaraman (salinisation), polusi (pollution), pemadatan (compaction), genangan (waterlogging), penurunan permukaan tanah
organik (subsidence) dan penurunan
tinggi muka air (Kurnia et al., 2002). Kemunduran sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah menyebabkan terjadinya proses degradasi lahan, yaitu
produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap, sehingga
pada akhirnya lahan tersebut menjadi kritis.
Sifat
fisik lain yang penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis
mineral penyususn tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi
bahan-bahan yang terjadi, sedangkan suhu merupakan indicator energi matahari
yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun tanah.
Secara
keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh :
(1) ukuran dan komposisi
partikl-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah,
(2) jenis dan proporsi komponen-komponen
penyususn partikel-partikel ini.
(3) keseimbanagn antara suplai air, energi dan bahan dengan
kehilanngannya.
(4) intensitas reaksi kimiawi dan
biologis yang telah atau sedang berlangsung.
Adapun
yang menjadi cirri sifat fisik tanah , yatiu : tekstur, struktur, konsistensi
tanah, porositas, aerasi tanah, temperatur tanah dan warna tanah.
2.2 Sifat
Kimia Tanah
Kemampuan
tanah menyediakan hara dalam jumlah yang cukup dan komposisis yang ideal
merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman. Oleh karena itu pada
tanah-tanah yang mengalami kendala penyediaan hara, perlu dilakukan manipulasi
lingkungan tumbuh tanaman untuk memperbaiki sifat kimia tanah tersebut
(Masganti 2005).
Perubahan
sifat kimia menyebabkan ketersediaan hara dalam tanah menjadi lebih baik atau
berada dalam kategori sedang. Keadaan ini diharapkan memberikan pengaruh yang
positif bagi pertumbuhan tanaman (Puslittanak 2000).
Perbaikan
sifat kimia tanah memberikan petunjuk bahwa jenis dan dosis pupuk yang
diberikan dapat menjamin pasokan dan ketersediaan hara bagi tanaman (Masganti
et al. 2005).
Pengendalian
gulma selain menyebabkan perbaikan terhadap sifat kimia juga meningkatkan Kadar
C organik dalam tanah karena hara pada tanah yang bertopografi bergelombang
berkurang akibat terbawa aliran permukaan dan erosi (Sutono et al. 2005).
pH
tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+
dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih
tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis
kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan
ion OH-
sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral. Reaksi
tanah adalah derajat kesaman tanah yang terdapat di larutan tanah Tinggi
rendahnya reaksi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah.Selain
itu,kedaan musim,tindakan cocok tanam ,tempat pengambilan contoh,dan cara
pengukuran tanah akan mempengaruhi nilai pH tanah (Ahmat 2006).
Tingkat
pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman
dapat terjadi secara alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan
adanya hujan
asam dan
kontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk
mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium,
fosfor, nitrogen,
kalium, magnesium,
sulfur) tersedia cukup bagi tanaman jika
berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium
biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran kation dengan material
organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah meningkat,
ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah
liat segera
tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman
berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang
memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah,
dan faktor meteorologika (Abdullah 2003).
Ada
2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas
lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk
mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian
pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan
adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium.
Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman
tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan
kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan
variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan
kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga
berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK)
(Susanto 2002).
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 September 2017, pukul 12.40 WIB di
Laboratorium Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
-
Cawan petri
-
Cawan porselen
-
Ring tembaga
-
Kain kasa dan karet
-
Timbangan analitik
-
Sendok
-
Beaker glass
-
Botol pH
-
pH meter
-
Mesin pengocok pH elektrik
-
Pengukur redoks orp meter
-
Pengukur EC
3.2.2 Bahan
-
Pasir
-
Lempung
-
Liat
-
Air
-
H2O
-
KCL
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Sifat Fisik
Tanah (Tekstur)
-
Menyiapkan pasir, lempung, liat pada cawan
petri secukupnya
-
Melakukan identifikasi pasir, lempung, liat
dalam keadaan kering dengan menggunakan indra peraba tangan kemudian mencatat
apa yang dirasakan
-
Melakukan identifikasi pasir, lempung, liat
dalam keadaan lembab dengan melakukan penambahan air sampai lembab, kemudian
mengidentifikasi dengan menggunakan indra peraba tangan kemudian mencatat apa
yang dirasakan
-
Menyiapkan pasir, lempung, liat pada masing-
masing beaker glass sebanyak 100 gr
-
Melakukan penambahan air dan pengadukan
menggunakan sendok pada masing-masing beaker glass yang berisi pasir, lempung,
liat sampai keadaan jenuh air
-
Mencatat penambahan air hingga jenuh air pada
masing- masing beaker glass yang berisi pasir, lempung, liat.
3.3.3 Sifat Fisik
Tanah ( Kapasitas Udara)
-
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
-
Menimbang cawan yang digunakan dan mencatat
hasilnya
-
Menimbang kembali cawan sudah ditimbang dengan
di isi pasir, lempung, liat masing – masing cawan dan mencatat hasilnya
-
Mengoven cawan yang berisi pasir, lempung,
liat yang sudah di timbang selama 24 jam
-
Menimbang berat cawan yang berisi pasir,
lempung, liat yang sudah di oven selama 24 jam dan mencatat hasilnya
-
Menghitung KA KU dan FKA
3.3.4 Sifat
Fisik Tanah ( Kapasitas Lapang)
-
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Menimbang ring yang digunakan dan mencatat hasilnya
-
Menimbang kembali ring sudah ditimbang dengan
di isi pasir, lempung, liat masing
– masing ring dan
mencatat hasilnya
-
Mengoven ring yang berisi pasir, lempung, liat
yang sudah di timbang selama 24 jam
-
Menimbang berat ring yang berisi pasir, lempung,
liat yang sudah di oven selama 24 jam dan mencatat hasilnya
-
Menghitung KA KU
3.3.5 Sifat Kimia
Tanah ( pH. EC, dan Redoks H2O)
-
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Menimbang masing- masing botol yang berisi
pasir, lempung, liat seberat 10,0 gr
-
Menambahkan masing – masing botol dengan H2O
kemudian botol di tutup rapat dengan penutup botal
-
Meletakkan botol yang tertutup rapat pada alat
pengocok selama 1,5 jam
-
Mengukur pH, EC dan Redoks dengan menggunakan
alat kemudian mencatat hasilnya
-
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-
Menimbang masing- masing botol yang berisi
pasir, lempung, liat seberat 10,0 gr
-
Menambahkan masing – masing botol dengan KCL
kemudian botol di tutup rapat dengan penutup botal
-
Meletakkan botol yang tertutup rapat pada alat
pengocok selama 1,5 jam
-
Mengukur pH dengan menggunakan alat kemudian
mencatat hasilnya
HASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Sifat Fisik
Tanah
Tabel 1. Pengamatan Tekstur pada
Sifat Fisik Tanah
|
No.
|
|
|
Jenis Tanah
|
|
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
Kering
|
|
|
Lembab
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
1.
|
|
|
Pasir
|
|
Sangat Kasar,Granul
|
|
Lengket, kasar dan tidak dapat
dibentuk
|
||||
2.
|
|
|
Lempung
|
|
Halus
|
|
Sangat lengket dan mudah dibentuk
|
||||
3.
|
|
|
Liat
|
|
Kasar,Keras
|
|
Lengket dan dapat dibentuk
|
Tabel 2. Pengamatan Kadar Air Kering
Udara (KAKU) pada Sifat Fisik Tanah
Cawan
ke…
|
Jenis
Tanah
|
Berat
Cawan
|
(A) +
|
(B) +
|
KAKU
−
%
−
|
FKA
−
|
||||||||||
Berat
Tanah
|
Setelah
Oven
|
|||||||||||||||
(A)
|
(B)
|
(C)
|
(D)
|
|||||||||||||
|
Cawan 1
|
|
Liat
|
|
10,6gr
|
|
26,0 gr
|
|
24,4 gr
|
11,59
|
|
|
|
0,8841
|
|
|
|
Cawan 2
|
|
Lempung
|
|
10,5 gr
|
|
20,8 gr
|
|
20,0 gr
|
8,42
|
|
|
|
0,9158
|
|
|
|
Cawan 3
|
|
Pasir
|
|
6,6 gr
|
|
17,1 gr
|
|
16,9 gr
|
1,94
|
|
|
|
0,9806
|
|
|
Tabel 3. Pengamatan Kadar Air
Kapasitas Lapang (KAKL) pada Sifat Fisik Tanah
No.
|
Jenis
|
Berat
|
KA
|
|||
Ring
|
Ring +isi KU
|
Ring jenuh
|
Ring Oven
|
|||
1.
|
Liat
|
16,0
|
21,9
|
24.2
|
21,2
|
57,69
|
2.
|
Lempung
|
15,5
|
21,6
|
23.7
|
21,2
|
43,85
|
3.
|
Pasir
|
16,2
|
23,0
|
24.1
|
22,7
|
21,54
|
Tabel
4. Water Holding Capacity (WHC)
NO
|
Jenis Tanah
|
Massa Tanah
|
Volume Air
|
WHC
|
1
|
Pasir
|
100 gr
|
22 ml
|
0,22
|
2
|
Lempung
|
100 gr
|
30 ml
|
0,3
|
3
|
Liat
|
100 gr
|
43 ml
|
0,43
|
Tabel 5. Pengamatan pH, EC dan
Redoks H₂O pada Sifat Kimia Tanah
NO
|
JENIS
TANAH
|
PH
|
EC
(ms)
|
REDOKS
(mv)
|
|
H2O
|
KCL
|
||||
1.
|
Pasir
|
8,54
|
6,78
|
0,046
|
-
74
|
2.
|
Lempung
|
8,56
|
6,99
|
0,260
|
-
76
|
3.
|
Liat
|
8,93
|
5,68
|
0,685
|
-
23
|
4.2 Hasil
Dokumentasi
Gambar
|
||||
KETERANGAN
|
Tekstur Liat
|
Tekstur Pasir
|
Tekstur
Lempung
|
WHC & pH
|
4.3
Pembahasan
Dari
praktikum sifat fisik dan kimia tanah yang sudah dilaksanakan kita dapat
mengetahui cara mengidentifikasi sifat fisik tanah yang meliputi tekstur, WHC,
kapasitas udara, dan kapasitas lapang dari jenis tanah pasir, lempung, dan
liat. Kita juga dapat mengetahui cara mengidentifikasi sifat kimia tanah yang
meliputi pH, EC dan Redoks H2O, dan pH KCL.
Dapat
mengetahui tekstur tanah dengan cara menggosok-gosokan tanah diantara ibu jari
dan telunjuk/jari lainnya, yang sebelumnya ditetesi air terlebih dahulu.Pada
pengamatan tanah ini, tekstur tanah pada pasir dalam keadaan kering terasa
sangat kasar pada saat digosokan diantara ibu jari dan telunjuk dan pada
keadaan lembab terasa lengket kasar dan tidak bisa dibentuk karena tidak ada
air yang terperangkap didalamnya. Tekstur tanah pada lempung dalam keadaan
kering terasa agak kasar pada saat digosokan diantara ibu jari dan telunjuk dan
pada keadaan lembab terasa sangat lengket dan mudah dibentuk karena ada air
yang terperangkap didalamnya. Tekstur tanah liat dalam keadaan kering terasa
kasar dan pada keadaan lembab terasa lengket dan dapat dibentuk karena ada air
yang terperangkap didalamnya.
Pada
pengamatan tanah ini, tekstur tanah pada pasir dalam keadaan kering terasa
sangat kasar pada saat digosokan diantara ibu jari dan telunjuk dan pada
keadaan lembab terasa lengket kasar dan tidak bisa dibentuk karena tidak ada
air yang terperangkap didalamnya. Tekstur tanah pada lempung dalam keadaan
kering terasa agak kasar pada saat digosokan diantara ibu jari dan telunjuk dan
pada keadaan lembab terasa sangat lengket dan mudah dibentuk karena ada air
yang terperangkap didalamnya. Tekstur tanah liat dalam keadaan kering terasa
kasar dan pada keadaan lembab terasa lengket dan dapat dibentuk karena ada air
yang terperangkap didalamnya
Sifat
fisik WHC, kapasitas udara, dan kapasitas lapang mendukung aerasi dan drainasi
tanah merupakan sifat tanah yang erat hubungannya dengan kemampuan tanah dalam
menyediakan air dan udara. Pengukuran tingkat aerasi dan drainase dilakukan
dengan metode reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa tanah yang memiliki aerasi dan drainase baik
dari golongan liat.
pH
tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas
keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak
terdisosiasi di dalam sisterm tanah.Dalam pengamatan ini mengunakan dua
larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N.
Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada
larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah
dengan air sekitar 1:2,5 hingga homogen menggunakan mesin pengocok dan
didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena
endapannya.
Dalam
uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH
potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan
tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan
tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin
tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah karena
tinggi konsentrasi H+ itu tinggi juga kandungan asam atau pHnya rendah berbeda
jika kandungan OH– tinggi maka kandungan basanya tinggi atau pHnya tinggi. Pada
tanah pasir, lempung, dan liat diperoleh pH H2O yaitu 8,62, 8,72, 7,79 dan
pasir, lempung, dan liat pH KCl yaitu 7,30, 7,07, 5,95.
KESIMPULAN
Dari
praktikum sifat fisik dan kimia tanah yang sudah dilaksanakan kita dapat
menyimpulkan cara mengidentifikasi sifat fisik tanah yang meliputi tekstur,
WHC, kapasitas udara, dan kapasitas lapang dari jenis tanah pasir, lempung, dan
liat. Kita juga dapat mengetahui cara mengidentifikasi sifat kimia tanah yang
meliputi pH, EC dan Redoks H2O, dan pH KCL.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima 2007. Petunjuk
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UNS.
Surakarta.
Bailey 2001. Pengantar ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Darmawijaya M Isa 2000. Klasifikasi
Tanah. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Hakim Nurhayati et al. 2003.
Dasar – Dasar Ilmu Tanah.Universitas
Lampung. Lampung.
Handayani 2009. Dasar-Dasar Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Jangka
Panjang.Tahun 1. Jurnal Tanah Tropika
No.12 Volume 3. Jurusan Ilmu Tanah Faperta Universitas Lampung. Lampung.
No comments:
Post a Comment